20081031

[Forward] Miskonsepsi Terhadap Buddha Dharma

Sumber Tulisan: Milis [Samagghipala]
Forwarded By Lie Lien (F.Psi UAJ)

Misconception
Banyak konsep-konsep keliru yang tersebar di sekitar kita dan bahkan ada yang telah menjadi pendapat umum, sehingga kita seringkali secara tidak sadar menerima dan menelannya begitu saja sebagai suatu kebenaran.. Akibatnya kita pun jadi tidak menyadari kekeliruan pandangan kita terhadap suatu peristiwa atau obyek.

Menyadari hal itu, tidak mengherankan kalau di kalangan masyarakat Indonesia termasuk di kalangan mereka yang mengaku beragama Buddha juga beredar anggapan-anggapan keliru terhadap Agama Buddha. Memang tidak mudah menjadi orang yang selalu bisa mengikuti anjuran Sang Buddha untuk "ehipassiko" (datang dan dan lihatlah) maupun untuk berpedoman "jangan mudah percaya" sebagaimana yang dibabarkan Sang Buddha dalam Kalama Sutta.

Meluruskan
Namun lepas dari kelemahan manusia yang mudah menerima begitu saja segala informasi tanpa disaring terlebih dahulu, anggapan keliru sesungguhnya sering bermula--dan juga mendapatkan penegasan dari praktek-praktek non Buddhis yang dilakukan umat Buddha. Dalam hal ini semestinya umat Buddha mawas diri dan berusaha menjaga agar citra umat Buddha tidak menjadi jelek di mata umum. Sedangkan untuk meluruskan anggapan-anggapan keliru yang sudah beredar, memang diperlukan usaha-usaha ekstra untuk memberikan penerangan yang jelas kepada masyarakat terutama di kalangan Umat Buddha sendiri.

Beberapa anggapan keliru itu adalah:

1. Agama Buddha mengajarkan untuk hidup pasif dan berpandangan pesimis.
2. Agama Buddha mengajarkan untuk melarikan diri dari kenyataanhidup
3. Agama Buddha hanya cocok untuk orang-orang tua
4. Agama Buddha adalah agama nenek moyang yang sudahketinggalan jaman
5. Agama Buddha mengajarkan untuk menyembah berhala
6. Agama Buddha penuh dengan ketakhayulan dan mengajarkan untuk bakar-bakar kertas.
7. Agama Buddha menganjurkan umat Buddha untuk menjadi Bhikkhu
8. Agama Buddha menganjurkan umat Buddha untuk vegetarian
9. Agama Buddha membuat negara menjadi tidak maju
10. Agama Buddha tidak melakukan pelayanan sosial
11. Agama Buddha tidak memiliki konsepsi mengenai Tuhan YangMaha Esa

Penjelasan
Berikut ini akan dibahas satu persatu mengenai sebab dari anggapan keliru di atas serta jawaban dan penjelasan yang harus diberikan untuk meluruskannya. Adanya anggapan-anggapan keliru terhadap Agama Buddha yang menyebabkan seseorang masih memiliki keraguan terhadap Buddhadharma. Agar keyakinannya dapat tumbuh secara benar, anggapan keliru tersebut harus dihapuskan terlebih dahulu.


Pertama. Anggapan bahwa Agama Buddha mengajarkan untuk hidup pasif dan berpandangan pesimis. Anggapan keliru ini muncul karena Sang Buddha menyatkaan bahwa hidup ini adalah dukkha. sesungguhnya pengertian dukkha di sini adalah "tidak memuaskan". Agama Buddha tidak menyangkal bahwa hidup manusia ini diliputi senang dan susah yang silih berganti. Namun karena selain senang ada pula susah dan keduanya itu tidak kekal, maka hidup menjadi sesuatu keadaan yang tidak memuaskan.

Dengan demikian dalam hal ini tentunya pandangan yang diajarkan agama Buddha bukanlah pandangan yang pesimistis, tetapi justru pandangan yang sangat realistis. Sang Buddha menyatakan bahwa hidup ini dukkha maksudnya agar kita menyadari bahwa kehidupan kita yang sekarang masih belum sempurna dan setelah kita memahaminya tentu kita akan berusaha merealisasikan keadaan yang sempurna atau kebahagiaan sejati. Seperti halnya orang yang sakit, baru setelah mengetahui dirinya sakit ia akan berobat ke dokter untuk mengetahui sebab sakitnya dan apa obatnya. Setelah mengetahui obatnya ia akan memakannya supaya bisa sembuh dan sehat kembali.

Sang Buddha tidak hanya menyatakan bahwa hidup ini dukkha, tetapi juga menjelaskan sebab dari dukkha, keadaan lenyapnya dukkha, dan jalan untuk melenyapkan dukkha. Dengan demikian jelas bahwa agama Buddha tidak mengajarkan untuk hidup pasif. Umat Buddha justru manusia-manusia aktif yang berusaha melaksanakan jalan tengah yang diajarkan Sang Buddha untuk dapat mencapai kesempurnaan, atau paling tidak bisa mencapai keadaan yang lebih baik daripada sebelumnya dan bukannya semakin merosot...

Kedua. Anggapan bahwa agama Buddha mengajarkan untuk melarikan diri dari kenyataan hidup. Para Bhikkhu sering dikatakan telah meninggalkan keduniawian, sehingga dianggap Agama Buddha mengajarkan untuk melarikan diri dari kenyataan hidup. Sesungguhnya hal ini tidak benar. Benar bahwa para bhikkhu meninggalkan rumah, tetapi mereka tetap berada di dunia ini. Bahkan para Buddha, Bodhisatva, dan Arahat aktif menyebarkan kebenaran demi kesejahteraan dunia, tetapi akan lebih tepat jika dipahami sebagai "mengatasi keduniawian" .

Sesungguhnya justru para bhikkhulah yang dalam latihan dan perenungannya benar-benar menghadapi kenyataaan hidup dan senantiasa berusaha mengatasi keserakahan, kebencian, dan kedunguan. Sedangkan umat awam banyak yang tidak berusaha menghadapi dan mengatasi masalah-masalah kehidupan secara tuntas, mereka lebih sering melarikan diri dari kenyataan hidup.

Ketiga. Anggapan bahwa agama Buddha hanya cocok untuk orang-orang tua. Anggapan keliru bahwa Agama Buddha hanya cocok untuk orang-orang yang sudah tua dan tidak lagi punya kesibukan dapat timbul karena orang melihat praktek sebagian umat Buddha awam yang dalam melakukan kebaktian pagi dan sore menggunakan waktu yang cukup lama. Menganggap kebaktian dalam agama Buddha itu menyita waktu lama adalah keliru.Sebetulnya para perumah tangga yang memiliki banyak tugas dan pekerjaan dalam melakukan kebaktian secara singkat saja, tidak harus sepanjang seperti yang dilakukan seperti para Bhikkhu.

Agama Buddha sesungguhnya lebih cocok untuk orang-orang muda, karena sangat banyak keuntungannya jika seseorang sudah dapat mempraktekkan ajaran agama Buddha sejak masih muda.

Keempat. Anggapan bahwa agama Buddha adalah agama nenek moyang yang sudah ketinggalan jaman. Anggapan seperti ini terjadi di tempat-tempat di mana umat Buddha menganut agama Buddha secara turun-temurun, namun hanya tinggal tradisinya saja. Tradisi itu pun dilaksanakan dengan tanpapengertian benar. Tempat ibadah yang terkesan kuno juga telah ikutmemunculkan anggapan bahwa agama Buddha sudah ketinggalan jaman.


Sesungguhnya kalau kita mau mengkaji ajaran agama Buddha, makatidak akan pernah timbul pendapat bahwa agama Buddha itu sudah ketinggalan jaman. Agama Buddha memang agama warisan nenek moyang, namun agama Buddha merupakan agama yang tidak akan pernah ketinggalan jaman karena agama Buddha itu mengajarkan Kesunyataan, kebenaran mutlak yang tidak tergantung pada waktu, tempat, dan keadaan. Bahkan pada jaman sekarang Agama Buddha semakin menarik perhatian dunia Barat dan semakin mudah diterima oleh kaum intelektual karena merupakan agama yang tetap selaras dengan penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern.

Kelima. Anggapan bahwa agama Buddha mengajarkan untuk menyembah berhala. Anggapan bahwa Agama Buddha mengajarkan untuk menyembah berhala disebabkan karena kalau dilihat sepintas lalu memang ada kemiripan antara Umat Buddha yang bersujud di muka Buddharupang dengan para penyembah berhala. Namun sesungguhnya Umat Buddha yang telah memahami Buddhadhamma hanya akan menjadikan Buddharupang sebagai sarana untuk menghormati sifat-sifat luhur Sang Buddha, sehingga akan dapat meneladani Sang Buddha. Sama seperti seorang warganegara ketika memberikan penghormatan bendera nasionalnya, yang dihormati bukanlah secarik kain, tetapi lambang kebesaran bangsa dan negara yang terkandung pada bendera tersebut.

Keenam. Anggapan bahwa agama Buddha penuh dengan ketakhayulan dan menganjurkan bakar-bakar kertas. Anggapan ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, orang tidak mengerti makna sesungguhnya dari upacara-upacara dalam agama Buddha. Kedua,orang menganggap praktek-praktek non Buddhis sebagai bagian dari ajaran Sang Buddha. Lilin, dupa, dan bunga yang kita persembahkan di altar semata-mata wujud penghormatan kita kepada Sang Buddha, sekaligus tanda bahwa kita ingat akan Dhamma yang Beliau ajarkan. Lilin melambangkan cahaya Dhamma,dupa melambangkan keharuman Dhamma, dan bunga melambangkan keindahan Dhamma.

Kebaktian Agama Buddha juga jauh dari ketakhayulan.. Tujuan kebaktian dalam agama Buddha hanyalah untuk memusatkan perhatian dan memperkuat keyakinan kita kepada Buddha, Dhamma, Sangha. Agama Buddha justru menyatakan bahwa adanya pandangan "melalui upacara,kesucian dan pembebasan mutlak akan dapat diperoleh" merupakan salah satu belenggu yang harus dipatahkan.

Mengenai bakar-bakar uang kertas, rumah-rumahan kertas, dan sebagainya,semua itu adalah warisan tradisi orang Tionghoa dari jamandahulu dan bukan milik Agama Buddha. Demikian pula mengambil ciamsi,menanyakan peruntungan, meramalkan nasib, semua itu tidak dibenarkan dalam Agama Buddha. Sesungguhnya Umat Buddha telah memiliki pegangan yang mantap yaitu Hukum Karma.


[ to be continued ]

No comments:

Post a Comment

How About You? Wanna Share Your Mind/Experience? Just feel free to write down here :