Showing posts with label Deep Inside. Show all posts
Showing posts with label Deep Inside. Show all posts

20081221

Goodbye 2008



Saying Goodbye
to 2008

the year when I found someone

the year when I re-find someone


Welcoming
to 2009

hope the coming year

brings us

every kindness

and every fulfilness

of our hopes.

Amen.

(Photo: Location @ Jakarta Old Town)

20081124

Rice Bowl (2)




here or there,
this one or that one,
now or later,

a little or a lot,
day or night,
near or far away,

duck or chick
white or black,
red or blue,

scary one or funny one,
short or long,
sunny or rainy,

A or B

It doesn't mean anymore
No need to argue,

I just re-find you




20081117

Platinum



sitting beside you
while you and I
were killing the time
it was the best time of mine

looking at you
while you
were talking 'bout your life
it was the best scene I had of you

hearing to you
while you
were sharing your thought
it was the best moment of mine

feeling about you
while you
are around me
it is the precious time of mine

it's so glad
being beside you
again


Sat.08.11.15







20081018

Lotus



When I see your smile,
I don't need flowers

When I hear your voice,
I don't need music

When I am beside you,
It seems that I don't need
the rest of the world

**It's glad to see you again**

--------------
Photo: Teratai. Taman Gedung Arsip, Jl. Gajah Mada, Jakarta (c) antonwk, 2008

20080927

Tenggelam ...



Rasanya seperti tenggelam....

lalu terkubur bersama sesuatu

yang membawa saya dulu

menjadi dekat ...



Ibarat itu kapal pesiar

kapal itu telah ditinggalkan
dan saya ikut tenggelam

lalu terkubur bersama kapal itu ...



That's the answer too

for the question

why can't I find my name

in the Captain's Heart

so far ....






Photo: Teluk Jakarta, Sunset. (C. AWK, 2008)







To Where You Are


Fly Me Up To Where You Are The Distant Star ...

Who can say for certain
Maybe you’re still here
I feel you all around me
Your memories so clear

Deep in the stillness
I can hear you speak
You’re still an inspiration
Can it be (? )



That you are mine
Forever love
And you are watching over me
from up above

Fly me up to where you are
Beyond the distant star
I wish upon tonight
To see you smile



If only for a while to know you’re there
A breath away’s not far
To where you are

Are you gently sleeping
Here inside my dream
And isn’t faith believing
All power can’t be seen



As my heart holds you
Just one beat away
I cherish all you gave me
everyday’

cause you are mine
Forever love
Watching me from up above

And I believe
That angels breathe
And that love will live on
and never leave



Fly me up
To where you are
Beyond the distant star
I wish upon tonight
To see you smile

If only for a while
To know you’re there
A breath away’s not far
To where you are

I know you’re there
A breath away’s not far
To where you are

***

Song available performing by Josh Groban

Photo: Indonesia Stock Exchange Building, Jakarta (C. AWK, 2008)

20080925

September 23, 2006


--- On Thu, 9/28/06, Wiwan <antonwk@cbn.net.id> wrote:

From: Wiwan <antonwk@cbn.net.id>>
Subject: Rest in Peace (23 Sept 06)

Dear Friends,

26sept06. 17.30

with deepest condolence,

Firstly, I would like to express my appreciation and thanks to you all for your sympathy by phone/call, SMS, and visitation regarding of the passing away of my beloved Father on Saturday, September 23, 2006 and the Requiem and the Funeral on Sunday, September 24, 2006. He has passed away in our home, and has been funeraled in our church's cemetery, in TPU Kalimulya, Depok.

and to whom these may the 1st time I shared/told you about this one, I hope can share this with you, too.

Seperti yang saya pernah info, Bapak saya usia memang sudah lanjut, sudah 74 tahun. Waktu tahun 2000, Bapak pernah kena serangan jantung, dan dirawat sebulan di rumah sakit (RS Carolus dan RS Harapan Kita). Antara tahun 2000-2004 Bapak cukup sehat, jarang sakit. November 2004, Bapak dirawat lagi di RS di Depok sekitar 3-4 hari karena ada sakit di paru-paru. Maret 2006, Bapak dirawat lagi di RS di Depok karena paru-paru sakit lagi. Agustus-September 2006 kemarin ini, Bapak merasakan sakit lagi di jantung, kemudian keluarga langsung membawa ke RS Bhakti Yudha Depok, yang terdekat dari rumah. Setelah dokter memastikan bahwa Bapak sakit di jantung lagi.. keluarga lalu segera membawa Bapak untuk mendapat perawatan medis jantung di RS Harapan Kita, Slipi, yang memang RS spesialisasi jantung. Pertimbangan keluarga, selagi Bapak masih keadaan lebih segar, lebih baik langsung dibawa ke RS Harkit, kuatirnya kalau menunggu nanti, kuatirnya kalau keadaan Bapak sudah down baru dibawa ke RS Harkit, nanti kasihan Bapak, karena perjalanan jauh dari Depok ke RS Harkit di Slipi.



Harapan Kita

Agustus-September 2006 Bapak tiga kali dirawat di RS Harkit. Opname pertama, seminggu, lalu setelah membaik, Bapak pulang ke rumah. Opname kedua, dua hari, Bapak dikateterisasi, untuk lihat penyumbatan pembuluh jantung. Rekomendasi dokter adalah di-baloon (pembuluh jantung dipasang ring/sten, lalu ditiup untuk membesarkan pembuluh jantung sehingga tidak terjadi penyumbatan). Semula Bapak keberatan untuk diterapi di-baloon, karena Bapak tadinya kira itu dioperasi. Bapak bilang, kalau operasi dibedah, tidak mau, karena lebih ingin sampai akhir hayat, tubuh tetap utuh, tidak ada yang dibedah. Dulu tahun 2000 dokter juga pernah rekomendasi untuk operasi jantung, tapi kemudian dokter merekomendasikan utk rawat jalan, minum obat saja, karena kalau operasi jantung, risiko terlalu besar karena faktor usia.

Kemudian, Bapak pulang ke rumah, tapi lalu sakit lagi di jantung. Setelah dijelaskan oleh dokter bahwa di-baloon adalah bukan dioperasi, tapi prosedurnya hanya terapi dimasukkan ring untuk ditiup lewat pembuluh darah, dengan bius ringan, Bapak kemudian mau dan semangat utk diterapi di-baloon. Terapi di-baloon berjalan lancar, dengan dipasang 3 sten. Kemudian Bapak setelah dirawat 3 hari di RS, Bapak boleh pulang ke rumah. Istirahat di rumah, minum obat, dan kontrol dokter ke RS Harapan Kita.

Setelah di-baloon, keadaaan Bapak membaik, tidak sakit lagi di jantung. Tapi yang dirasakan sakit adalah ketika minum obat. Setelah di-baloon, Bapak mesti minum obat pengencer darah, obat ini mesti dikunyah, dan setelah minum obat ini, kata Bapak, terasa juga sakit di badan, dan Bapak jadi susah untuk makan. Tapi Bapak berusaha untuk ikut saran dokter, minum obat dan makan (diet jantung) teratur.



Tutup Usia

Sekitar dua minggu setelah pulang dari RS setelah di-balon itu, Bapak kemudian tutup usia, saatnya bapak dipanggil Bapa di Surga. Bapak pergi dengan tenang, dan dengan senyum di wajah beliau, yang kami lihat sebagai kenangan dari yang kami lihat dari wajah di jasad beliau. Keluarga memang sedih ditinggalkan. Namun keluarga dihiburkan karena tampaknya bapak seperti tidur saja ketika pergi ke rumah Bapa di Surga. Bapak pergi beristirahat dengan tenang, tidak dalam keadaan sakit. Waktu di RS, kasihan melihat bapak kesakitan, dengan selang-selang infus, dan tidur pun bapak waktu itu tidak bisa nyaman. Tapi waktu kemarin itu Bapak pergi dipanggil Bapa di Surga, bapak terlihat seperti beristirahat, sudah lega, dan hilang rasa sakit.

Sore itu, bapak sedang duduk-duduk di ruang TV, habis makan agar-agar, lalu seperti lelah, ingin istirahat, bapak berjalan masuk ke kamar, dengan badan lemas. Biasanya bapak kalau merasa sakit, biasanya beliau memanggil dan bilang sakit, tapi kemarin itu bapak diam saja, sambil menuju ke kamar tidurnya. Mungkin bapak memang merasakan sakit, lalu sudah tidak dapat lagi memanggil untuk menyuarakan sakitnya.. IBu dan kakak melihat bapak masuk ke kamar, bertanya, bapak kenapa... Bapak sudah berbaring dengan posisi rapi, seperti tidur biasa, dengan posisi badan yang istirahat sempurna.. Napas bapak masih terasa, namun lemah dan satu satu... Dokter di lingkungan rumah (tetangga) yang biasa sering kami minta tolong kalau ada yang sakit di rumah, lalu datang, dan memeriksa keadaan bapak. Dokter Susi bilang, bapak dibawa ke RS Bhakti Yudha saja, karena nadi bapak lemah. Lalu bapak dibawa ke RS, diantar kakak, ibu, Dede, pak RT, dan Om bambang tetangga sebelah rumah, yang juga sering membantu keluarga kami di rumah.

Sampai di rumah sakit (15 menit perjalanan dgn kendaraan dari rumah), di UGD bapak diperiksa dokter, sempat diberikan terapi kejut (yang biasa untuk pasien-pasien terminal ill); lalu kemudian dokter jaga bilang bahwa bapak sudah tidak ada. i surat kematian dari rumah sakit, dicatatkan bahwa bapak pergi pada tanggal 23 september 2006, jam 18.45 wib. Keluarga tidak tahu pasti apakah bapak pergi ketika masih di rumah, di perjalanan, atau di rumah sakit. Mungkin ketika masih di rumah. Sekitar jam 18-19wib.

------






28sept06. 16.30



Sedih, namun terhiburkan

Keluarga memang sedih dengan kepergian bapak. Tapi keluarga (dan saya juga) terhiburkan karena melihat bahwa bapak pergi dengan tenang dan dengan senyum di wajah. Bapak pergi tidak dalam keadaan sakit seperti waktu di rumah sakit. Kasihan waktu keluarga melihat bapak sakit di rumah sakit. Kemarin ini, bapak pergi dengan tenang, dengan posisi di tempat bapak biasa istirahat di tempat tidurnya, di kamarnya. Mungkin waktu itu bapak merasakan sakit juga, dan mungkin sudah tidak kuat/mampu untuk menyuarakan sakitnya, jadi bapak tidak seperti biasanya kalau sakit biasanya bapak memanggil kami yang ada di rumah, bilang bahwa sakit. (Paginya memang bapak bilang sakit di punggung, dan minta dipijat sama adik saya, Agus. lalu bapak bilang sudah tidak sakit lagi, lalu hari itu bapak aktivitas seperti biasa, baca, jalan-jalan sedikit, nonton TV, ngobrol dan main dengan Dede (keponakan di rumah), juga Ibu dan kakak.) Kemarin itu ketika sorenya bapak habis duduk-duduk lalu lemas dan reflek ingin beristirahat, lalu bapak berjalan masuk ke kamarnya, dan mengambil posisi berbaring, beristirahat di tempat tidurnya, saat itu Ibu sedang di dapur, lalu ibu melihat dan bertanya, bapak kenapa, tapi bapak waktu itu sudah tidak sadarkan, dan sudah berbaring beristirahat.



Pergi dengan senyum

Waktu malamnya, jasad bapak sudah dibaringkan di peti jenazah, bapak terlihat seperti tidur saja. Wajah bapak menampakkan senyum. Wajahnya juga terlihat halus. Bapak memang ada sifat kerasnya. Namun ketika pergi kemarin itu, bapak terlihat lembut. Ketika saya menyentuh dan mencium tangan bapak dan kedua pipi bapak, memang sudah terasa dingin, namun dingin yang lembut. Masih terasa lembut dan kokohnya pipi bapak, kelembutan dan perlindungan, yang selama ini telah mendampingi saya dari saya kecil. Keluarga jadi terhiburkan, bahwa bapak kelihatan sudah siap. Bapak keliatan sudah berdamai dengan rasa sakitnya, dengan semua kekurangan dan kebaikan hidup, yang telah dijalaninya selama 74 tahun. Berdamai dengan diri sendiri, berdamai dengan orang-orang di sekitar, berdamai dengan lingkungan, dan berdamai dengan Sang Pencipta. Semoga semua pahit dan manis hidup, bapak sungguh-sungguh telah menerima dan berdamai dengannya, tidak ada kemarahan, penyesalan, namun penerimaan.



Kemudahan dan kelapangan

Keluarga memang bersedih dengan kepergian bapak, tapi keluarga juga terhiburkan, karena ketika pergi, bapak mendapatkan banyak kemudahan, semua proses kepergian, Requiem, dan pemakaman bapak mendapatkan kemudahan, dan dilapangkan jalannya. Tetangga dari lingkungan RT dan lingkungan Gereja/Paroki sigap membantu semua keperluan. Mulai dari mengantarkan ke rumah sakit, mengurus di UGD dan kamar jenazah, mengantar jasad bapak pulang ke rumah, memandikan, dan menyiapkan bapak untuk dibaringkan di peti jenazah.

Pas hari itu adalah hari sabtu, ketika libur, jadi banyak tetangga dan sanak relasi yang sedang di rumah, dapat membantu dan menemani. Pas hari itu ada tetangga dan orang lingkungan gereja yang biasa melakukan perawatan jenazah, waktu itu sedang ada di rumah anaknya, tetangga dekat, jadi beliau yang mengatur perawatan jasad bapak. Pas malam itu rencananya ada acara doa bersama lingkungan warga gereja di blok sebelah, jadi kemudian, bapak ibu dari gereja, langsung bisa berkumpul di rumah, membantu dan menemani persiapan requiem dan pemakaman bapak, berjaga dan berdoa bersama keluarga di rumah.



Nice tie

Bapak ketika dibaringkan di peti jenazah, mengenakan stelan jas yang tempo hari bapak kenakan saat acara pernikahan kakak ke-2 saya, bapak memakai dasi garis-garis coklat tembaga/keemasan, sesuai dengan kemeja putih dan kulit bapak yang coklat, dan warna tembaga/keemasan sesuai dengan karakter usia bapak yang sudah sepuh. Saya senang bahwa dasi yang bapak kenakan itu, waktu itu saya yang carikan, dan bapak menyukai warna/motifnya. Bapak mengenakan sarung tangan yang malam itu saya berhasil cari/dapatkan di toko di Depok, ketika toko-toko sudah mulai tutup. Bapak mengenakan sepatu barunya yang waktu itu juga dikenakan pada hari pernikahan kakak ke-2 saya, yang disiapkan oleh kakak ke-2 saya. bapak juga dibawakan perlengkapan2 sehari-hari yang biasa beliau suka pakai, pernik2 yang membuat kami terharu juga, dari cukuran jenggot bapak yang legendaris karena dari sejak jaman kami masih kecil-kecil dulu, lalu kalung rosarionya, kitab suci alkitabnya yang juga legendaris sejak jaman kami masih kecil-kecil dulu, dan lain-lainnya.



Siap diantar ke Bapa di Surga

Keluarga-keluarga dari bapak, yang menurut persyaratan tata cara adat Flores harus hadir melepas kepergian bapak ketika tiba dipanggil Tuhan, pas saat kemarin itu mereka juga sedang berada di Jakarta, jadi mereka dapat hadir, jadi bapak tidak perlu menunggu lama. Semua perwakilan keluarga yang disyaratkan harus ikut mengantar kepergian bapak secara adat, semua bisa terwakilkan hadir. jadi acara pelepasan jenazah juga dapat dilaksanakan dengan lancar.

Pas hari itu juga hari Minggu (hari pemakaman), dan alm. bapak diperkenankan juga untuk disemayamkan di Gereja sebelum diberangkatkan ke pemakaman. Di Gereja Katolik, tidak di semua Gereja jenazah dapat disemayamkan di Gereja pada hari Minggu, juga tidak di semua Gereja pada hari MInggu boleh diadakan Misa Arwah (di sejumlah gereja, kalau hari minggu, yang dibolehkan adalah hanya doa/ ibadat pelepasan arwah/jenazah saja, bukan Misa Kudus, dengan alasan bahwa hari Minggu adalah hari Tuhan, dan hari Kebangkitan, jadi Misa Requiem tidak dapat diadakan. Namun, untuk bapak, beliau dapat dilapangkan jalannya, dapat ke Gereja dulu, mendapat Misa Kudus terakhir sebelum dimakamkan.

Rencananya, semula misa Requiem di gereja dijadwalkan minggu pagi jam 10, namun kemudian keluarga dan sanak saudara minta ke pengurus Gereja, apakah bisa dimulai jam 11, supaya sanak saudara lainnya yang belum datang, masih bisa sempat menghadiri dan tidak terburu-buru. Syukurlah, dari pengurus gereja dan Pastor, dimungkinkan untuk mulai jam 11. Sekitar jam 10, acara doa di rumah sudah selesai, acara pelepasan jenazah secara adat sederhana juga sudah selesai dan komplet, sehingga jam 10 bapak diberangkatkan untuk disemayamkan di Gereja dan untuk Misa Requiem.



Kebiasaan di Gereja hingga saat terakhirnya

Sampai di Gereja, sekitar jam 10.30. Padahal Misa baru akan dimulai jam 11.00 Tadinya kami keluarga merasa kok kami datang awal betul, padahal masih setengah jam lagi. Tadinya memang kami juga antisipasi kuatir jalan macet, dan sebagainya. Tapi lalu kami ingat, bahwa ini sesuai dengan kebiasaan alm. bapak sewaktu masih hidup. Beliau biasanya memang selalu hadir lebih awal di Gereja. Misalnya acara Misa dijadwal mulai jam 7, biasanya bapak dan ibu sudah ada di dalam gereja setengah jam sebelumnya, ketika di dalam gereja masih sepi. Jadi pada saat terakhirnya pun, bapak masih dapat menjalankan kebiasaannya ini.



Requiescat in Pacem (Rest in Pace)

Acara Requiem dan Pemakaman kemudian berjalan lancar. Petugas-petugas juga lancar membantu jalannya acara. Pengurusan di Gereja dan pengurusan pemakaman juga semuanya lancar, dibantu pengurus dari lingkungan Gereja, dan juga RT. Tampaknya memang karena semasa hidup, dan juga di Depok, bapak juga banyak membantu kegiatan di lingkungan Gereja dan RT, jadi pada saat kepergiannya, bapak juga mendapatkan banyak kemudahan, banyak dibantu, dan banyak dilapangkan jalannya oleh sanak saudara dan relasi dari lingkungan Gereja dan RT.



Thanks to share with you, in good and sadtimes, in cheers and in tears.

"Pertolongan kita dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi" (Psalm)



------------------------
Antonius Wiwan Koban

20080807

Memoirs of Sheraton


What do you hope, is what do you get. Senangnya kalau kalimat itu selalu dapat terjadi dalam hidup. Tapi seperti kita tahu, tidak semua hal yang kita harapkan, kita inginkan, kita bayangkan, dapat kita dapatkan, kita alami, dan kita peroleh. That's Life. A Probability Theory.

So, how would you do, when you find nothing that you hope? "Berhenti Berharap", kalau menurut versi Sheila on 7; atau yang lebih klasik mendayu-dayu, "Tiada lagi yang kuharapkan, Tiada lagi yang kuinginkan..." yang versi Mayang Sari, yang sekarang kelihatannya masih kelelahan karena selalu menjadi incaran wartawan infotainment itu...


Memoirs of A Night in Sheraton

Saat-saat bermalam di Sheraton tempo hari, membuat saya mendapati hal-hal yang secara praktek, berbeda dengan ekspektansi yang sudah terlanjur terbentuk. Saya lalu jadi teringat hal-hal lain, --dari yang penting sampai tidak penting, termasuk yang penting gak penting pula-- :) Situasi-situasi lain, saat-saat di mana kita mendapati what we've got was not the same as what we've expected. Situasi-situasi di mana kita biasanya pasrah lalu berucap, "Ya sudahlah, apa boleh buat, keadaannya memang demikian....."
-
Ketika ada ekspektansi yang tidak sesuai dengan realitas, bila berlarut-larut biasanya kita akan tiba di ujungnya pada suatu titik di mana kita rasanya jadi belajar untuk tahu kapan berhenti untuk berharap. Kita jadi mengamini kalimat lagu Mayang, "tiada lagi yang kuharapkan, tiada lagi yang kuinginkan..." Ini mengingatkan pada postingan di blog ini juga beberapa waktu lalu, "when enough is enough... kalau pun hidup itu samudera, kita tahu batasnya; kalau pun hidup itu lautan, kita tahu dasarnya, kalau pun hidup itu langit, kita tahu batas cakrawalanya...."

Harapan-harapan di awal, yang terlanjur muncul sebagai bayangan tentang apa yang akan dijumpai, didapatkan, dialami di Sheraton, yang ternyata ya biasa-biasa saja... :) yang ternyata ya begitulah keadaannya, take it or leave it.... membuat saya pada saat itu tiba pada kesadaran itu....bahwa hidup memang tidak selalu merealisasikan bayangan-bayangan harapan. Berbagai kemungkinan memang dapat terjadi, namun semua ada batasannya, mana yang real, mana yang obsesi, mana yang ilusi :)

Lesson from Memoirs of Geisha the Movie

Apalagi, pada malam itu, ketika saya ternyata mendapati diri tertidur seorang diri di ranjang kamar 1207 Sheraton Media Hotel --karena rekan kantor yang sedianya hari itu sharing room with me, tidak jadi bermalam di hotel, dan tidak sempat memberitahu-- saya terbangun dan mendapati di TV yang masih menyala, malam itu kebetulan sedang menayangkan film Memoirs of a Geisha, dari layar HBO.

Film itu saya sudah nonton di bioskop beberapa masa silam. Film yang cukup memorable juga... waktu itu saya menonton film itu bersama seorang teman yang waktu itu cukup dekat, tapi sayangnya sekarang dia sudah menghilang, bahkan tampaknya dia sudah tidak mau juga untuk bicara lagi, atau bertukar kabar.... Hiks... this one still make me sad, sometimes ...

Entah kebetulan, entah memang malam itu saya "ditakdirkan" untuk sadar dan belajar tentang harapan dan realitas... di film Memoirs of Geisha itu, ada dialog-dialog yang pas betul ... Dituturkan di bagian hampir ending film, tentang tokoh di film itu, di mana "realitas" bagi mereka adalah kondisi di mana mereka "tidak boleh berharap, tidak boleh punya harapan to love and to be loved, semacam-semacam itu...." Tentu itu versi konteks cerita di film itu.... Tapi yang mau saya katakan di sini, hal-hal semacam itu seringkali kita jadikan "penghiburan" diri, ketika kita menemui bahwa realitas tidak sesuai dengan harapan... Kita menyerah di balik apa yang kita sebut dan yakini sebagai takdir... Menyalahkan pada garis tangan ...

Realistic, but still Optimistic (0r vice versa: Optimistic but still Realistic)

Menarik, kata-kata yang diucapkan oleh tokoh Sayuri (Zhang Zi-Yi) di film itu, tentang her romance with Mr Chairman, "Can you see.. that every steps I made, those made me closer to you...to reach you...." (dengan visualisasi Sayuri kecil melangkah agak berlari dengan bersemangat menyusuri koridor panjang berwarna cerah... --lihat gambar di bagian atas posting ini-- )


Life is Good, said LG Advertising. When there is hope, there is way.
Hope makes life possible, Faith makes life working, and Love makes life brighter and happy.

Then, I recall a song which questioned about "Do you know, what you're hoping for..."


Do You Know Where You're Going To?

Do you know where you're going to?
Do you like the things that life is showing you?
Where are you going to?
Do you know?

Do you get what you're hoping for?
When you look behind you there's no open door
What are you hoping for?
Do you know?

Once we were standing still in time
Chasing the fantasies that filled our minds
You knew how I loved you, but my spirit was free
Laughing at the questions that you once asked of me

Do you know where you're going to?
Do you like the things that life is showing you?
Where are you going to?
Do you know?

Now looking back at all we've had
We let so many dreams just slip through our hands
Why must we wait so long before we see
How sad the answers to those questions can be?

Do you know where you're going to?
Do you like the things that life is showing you?
Where are you going to?
Do you know?

Do you get what you're hoping for?
When you look behind you there's no open door
What are you hoping for?
Do you know?

(Song performance by Diana Ross)
Foto: Memoirs of A Geisha; Columbia Pictures.

20080805

Sheraton Belong


Obssessed. Masih ingat 2121? Eh bukan.. Sori. Maksud saya, masih ingat tulisan di posting ini, yang saya cerita tentang kunjungan ke Taman Prasasti. Yang di situ terungkap bahwa kunjungan saya ke situ, yang jadi menggebu-gebu, atas nama budi baik mengantar teman ke situ, sebetulnya jauh di baliknya, ada motivasi pribadi, memenuhi obsesi yang berkaitan dengan my favorite things, yaitu karena info tentang taman prasasti yang adalah taman makam dengan patung-patung monumental ala Baroq yang mengingatkan pada visualisasi di film Phantom of The Opera, yang nota bene adalah my most favorite movie ever after :)

Sheraton

Kejadian seperti itu baru-baru ini berulang lagi. Kali ini obyek nya bukan Taman, tapi Hotel. Sheraton Media Hotel. Letaknya di Jl. Gunung Sahari Jakarta. Karena ada teman cukup dekat yang ber-afiliasi dengan Sheraton, tapi di kota lain, jadinya entah kenapa, saya cukup penasaran dengan Sheraton-Starwood, yang nota bene adalah jaringan hotel bintang lima.

So, sepertinya saya memang termasuk orang yang kalau punya keingintahuan, atau keinginan, atau rasa penasaran yang menjadi obsesi yang jadi kepikiran terus kalau belum terpenuhi keingintahuan atau penasaran itu.... Demikian pula dengan Sheraton.

So...singkat kata....beberapa waktu belum lama ini, secara kebetulan, kami di kantor ada acara yang bertempat di Sheraton Media Hotel, Gunung Sahari Jakarta. So, technically speaking, artinya kan sesuatu yang pernah jadi rasa penasaran buat saya, kemarin ini terpenuhi. So, what did I see and find in Sheraton ?

Ternyata..... ya biasa saja... :) Sheraton managed by Starwood, memang bintang lima. Tapi di Sheraton Media, ada beberapa hal yang tidak sebintang lima predikatnya :) Tentang ini, untuk detilnya, saya setuju dengan apa yang ditulis oleh seseorang (entah siapa, saya tidak kenal) dalam review tentang hotel, terutama di paragraf : "The hotel is a shame to the Starwood name and completely shatters any impression on so called 5 star hotels. The staff were polite and eager to please. They deserve a better place to work." (Lengkapnya silakan klik di: http://www.tripadvisor.com/ShowUserReviews-g294229-d301782-r5332849-Sheraton_Media_Hotel_And_Towers-Jakarta_Java.html
-

It's Not Bad, It's Just Not Fit/Match

Tapi pendapat saya sih tidak sekejam orang itu yang sampai menuliskan banyak kritik di reviewnya. Dalam banyak hal, di Sheraton Media dapat kita temukan hal-hal baik pula. Kalau menurut penglihatan dan pengalaman saya tempo hari, fasilitas public service nya baik, untuk ukuran bintang lima. Namun, mungkin untuk pengalaman kami, hal-hal baik yang kami dapati di situ tidak pas dengan kebutuhan kami. Ibaratnya, mungkin seperti gadis yang berharap jumpa Tom Cruise, tapi malah berjumpa Andy Lau :)

Unconscious Obssession

Seperti pengalaman waktu ke Taman Prasasti, setelah moment itu, saya baru tersadar mengapa ada hal lain yang membuat saya terdorong ingin juga Being There. Ternyata deep down in my unconscious mind, ada personal things yang membuat saya eager to go to Sheraton Media Gunung Sahari.

Saya baru tersadar kemudian, ketika memasuki area wilayah hotel itu. Daerah Gunung Sahari itu adalah akses ke daerah Industri, daerah Rajawali, daerah Pademangan. That are my hometown. Dulu masa kecil saya sampai dengan SMP, saya dibesarkan di daerah itu. Pertigaan tempat di mana Hotel Sheraton Media berada, adalah daerah Jembatan Merah. (Setahu saya dari dulu di situ tidak ada jembatannya... :) Yang saya tahu juga sekarang, Jembatan Merah itu adanya di Surabaya ya? :) :) yang lebih historis :)

Jembatan Merah ini, mengandung memorabilia historis. Duluuu....sewaktu saya masih kecil, dan tinggal di daerah Pademangan itu, kalau kami harus bepergian ke tempat yang lebih jauh di Jakarta (misalnya ke daerah Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Barat) itu kami akses keluar dari Pademangan adalah melewati daerah Jembatan Merah itu. Selewat dari daerah itu, masuk ke Jalan Raya Gunung Sahari, itu artinya kami sudah melewati "batas psikologis" ke Jalan Raya, ke Kota Besar. Duluuu, bis umum belum ada yang masuk sampai ke Pademangan. Batasnya adalah Jalan Gunung Sahari itu, atau paling mentok, ke daerah Rajawali, daerah tapal batas ke Pademangan :)

My Memory of Childhood
-
Kenangan-kenangan masa kecil, ketika saya sering ikut ayah saya pergi ke tempat-tempat yang ayah mengajak saya. Di keluarga saya, ayah saya bisa dibilang paling sering mengajak saya untuk menemani beliau pergi-pergi. Dulu itu ayah memboncengi saya di sepeda motornya. Saya teringat bahwa dulu itu, rasanya, tempat di dunia ini yang paling teraman dan ternyaman adalah di belakang punggung ayah (masih teringat ketika duduk di boncengan sepeda motor, di belakang punggung ayah ... ) :)

Our Memory...

Perhaps love is like the ocean
Full of conflict, full of pain
Like a fire when it's cold outside
Thunder when it rains

If I should live forever
And all my dreams come true
My memories of love will be of you .....

("Perhaps Love" Lyric, performed by John Denver)

(In gracious memories of my beloved Father who is now in Heaven)

20080723

PANAH




Rasanya saya berdarah-darah lagi,

padahal saya sudah menarik diri menjauh,

tapi dia mendekat lagi,

saya tak tahu apa saya harus berlari ke hutan, berbelok ke pantai?

Eh, itu sih puisinya Rangga :D





Seperti terpanah di dada,

anak panah itu masih menghunjam di dada,

serba salah: dibiarkan....salah, karena menambah luka

dicabut, salah juga, karena (seperti digambarkan di film)

bisa langsung mati, toh.... ?





So, bagaimana para pemirsa,

how should I do...

Should do, or should not do ?

That's my eternal dilema

so far ...





So Close, but Still So Far ....



............................................................

...............................................................

....................................................................

...................................................................


20080719

Ubi Charitas (If There's Love, Then ...)


IF THERE'S LOVE, THEN ...

> jika ia sebuah cinta.....
> ia tidak mendengar...
> namun senantiasa bergetar....
-
> jika ia sebuah cinta.....
> ia tidak buta..
> namun senantiasa melihat dan merasa..

> jika ia sebuah cinta.....
> ia tidak menyiksa..
> namun senantiasa menguji.

> jika ia sebuah cinta.....
> ia tidak memaksa..
> namun senantiasa berusaha...

> jika ia sebuah cinta.....
> ia tidak cantik..
> namun senantiasa menarik..

> jika ia sebuah cinta.....
> ia tidak datang dengan kata-kata..
> namun senantiasa menghampiri dengan hati..

> jika ia sebuah cinta.....
> ia tidak terucap dengan kata..
> namun senantiasa hadir dengan sinar mata..

> jika ia sebuah cinta.....
> ia tidak hanya berjanji..
> namun senantiasa mencoba memenangi..


***
---------------------

Hhmmmm..........

Original Text :
(Quoted from My Yahoo! Messenger) :

..............79 (7/2/2008 7:57:32 AM): jika ia sebuah cinta..... > ia tidak mendengar... > namun senantiasa bergetar.... > > jika ia sebuah cinta..... > ia tidak buta.. > namun senantiasa melihat dan merasa.. > > jika ia sebuah cinta..... > ia tidak menyiksa.. > namun senantiasa menguji.. > > jika ia sebuah cinta..... > ia tidak memaksa.. > namun senantiasa berusaha... > > jika ia sebuah cinta..... > ia tidak cantik.. > namun senantiasa menarik.. > > jika ia sebuah cinta..... > ia tidak datang dengan kata-kata.. > namun senantiasa menghampiri dengan > hati.. > > jika ia sebuah cinta..... > ia tidak terucap dengan kata.. > namun senantiasa hadir dengan sinar > mata.. > > jika ia sebuah cinta..... > ia tidak hanya berjanji.. > namun senantiasa mencoba > memenangi..


Offline Yahoo!Messenger. July 2, 2008. 7.57 AM


Unless Forever


A QUOTATION FROM MY MESSENGER :

Jangan pernah katakan cinta
jika kamu tidak pernah peduli,
-
Jangan bicara tentang perasaan
jika rasa itu tidak pernah ada,
-
Jangan pernah genggam jemari
jika berniat membuat patah hati,
-
Jangan pernah katakan selamanya
jika berniat untuk berpisah,
-
Jangan pernah menatap mataku
jika yang kamu ucapkan adalah kebohongan,
-
Jangan pernah ucapkan "Halo"
jika berniat mengucapkan "Selamat Tinggal",

Jangan pernah bilang kalau "Akulah satu-satunya"
jika kamu mengimpikan yang lainnya,
-
Jangan pernah mengunci hatiku
jika kamu tidak punya kuncinya.

***

------------------
Hhhmmmmm.................
Dalam juga ya kalimat-kalimat pesan-pesan di atas :)

Kalau yang versi lagu, mungkin yang judulnya "Please Be Careful with My Heart"-nya Jacky Cheung; atau Love Me for A Reason"-nya Boyzone, atau "Don't Say You Love Me Unless Forever"-nya The Corrs.

:)

Original Text :
(copy paste from one message that came to my Yahoo! Messenger)

jh_xxxxxxxxxxxxxx (6/20/2008 9:44:05 AM): Jangan pernah katakan cinta Jika kamu tidak pernah peduli, Jangan bicara tentang perasaan Jika rasa itu tidak pernah ada, Jangan pernah genggam jemari Jika berniat membuat patah hati, Jangan pernah katakan selamanya Jika berniat untuk berpisah, Jangan pernah menatap mataku Jika yang kamu ucapkan adalah kebohongan, Jangan pernah ucapkan "Halo" Jika berniat mengucapkan "Selamat Tinggal", Jangan pernah bilang kalau "Akulah satu-satunya" Jika kamu mengimpikan yang lainnya, Jangan pernah mengunci hatiku Jika kamu tidak punya kuncinya. Kirim ini ke 10 teman kamu.

(Offline Yahoo!Messenger. June 20, 2008. 9.44 AM)









20080615

When Enough is Enough


Mau lagi, mau lagi.
Cari lagi, cari lagi.
Ayo lagi, ayo lagi.
Coba lagi, coba lagi.

Ambil lagi, ambil lagi.
Beri lagi, beri lagi.
Petik lagi, petik lagi.
Lagi..lagi...

Sudah... sudah habis, sudah habis.
Sudah... sudah selesai, sudah selesai.
Sudah... sudah lelah, sudah lelah.

Ketika cukup.... adalah cukup.
When enough is enough,
Ketika sudah ya biarlah sudah,
-
Kalau pun hidup ini lautan, kita tahu dasarnya.
Kalau pun hidup ini samudera, kita tahu tepiannya.
Kalau pun hidup ini langit, kita tahu batas cakrawalanya.
-
Ketika langit kehabisan butir hujan,
Ketika musik kehabisan nada,
Ketika kalimat kehabisan kata,

Ketika layar pertunjukan sudah ditutup,
Ketika penyair telah menyelesaikan bait terakhirnya,
Ketika penyanyi telah membunyikan nada terakhir,
Ketika buku telah ditutup ...

When Enough is Just Enough ...

20080528

Menjaga Api

Seperti menjaga api:
Api itu tidak boleh terlalu besar
sehingga menghanguskan

namun api itu juga tidak boleh terlalu kecil
sehingga padam ...

(dikutip dari epilog di pertemuan kalangan aktivis)