20080529

Wishing You Were Somehow Here Again

Song for The Haunted One(s)


You were once my one companion . . .
you were all that mattered . . .
You were once a friend and partner,
then my world was shattered . . .


Wishing you were somehow here again . . .
wishing you were somehow near . . .
Sometimes it seemed if I just dreamed,
somehow you would be here . . .


Wishing I could hear your voice again . . .
knowing that I never would . . .
Dreaming of you won't help me to do
all that you dreamed I could . . .


Passing bells and sculpted angels,
cold and monumental,
seem, for you the wrong companions
- you were warm and gentle . . .


Too many years fighting back tears . . .
Why can't the past just die . . .?


Wishing you were somehow here again . . .
knowing we must say goodbye . . .
Try to forgive, teach me to live . . .
give me the strength to try . . .


No more memories, no more silent tears . . .
No more gazing across the wasted years . . .
Help me say goodbye.
Help me say goodbye!


---Liric by Charles Hart, Music by Andrew Lloyd Webber
---From The Famous Musical "The Phantom of The Opera"







Song Lullaby: Whistle Down The Wind

Whistle down the wind
Let your voices carry
Drown out all the rain
Light a patch of darkness

Treacherous and scary
Howl at the stars
Whisper when you're sleepy
I'll be there you hold you

I'll be there to stop
The chills and all the weeping
Make it clear and strong
So the whole night long

Every signal that you send
Until the very end
I will not abandon you

my precious friend

So try and stand the tide
Then you'll raise a banner
Send a flare up in the sky
Try to burn a torch


And try to build a bonfire
Every signal that you send
Until the very end

I'm there

So whistle down the wind
For I have always been
Right there ....


--- Music by Andrew Lloyd Webber
--- From the Musical "Whistle Down The Wind"
--- Available performance by Tina Arena


Whistle Down the Wind is a musical by Andrew Lloyd Webber, based on the 1961 film Whistle Down the Wind. The lyrics are by Jim Steinman, known for his work with Meat Loaf, Bonnie Tyler and others. Based on the novel of the same name by Mary Hayley Bell, the setting was moved from Lancashire to small town Louisiana in 1959. It tells the story of three children - 16 year old Swallow, sister Bluejay (known as Brat), and younger brother Robin (known as Poor Baby) - as they approach their first Christmas since the death of their mother. Discovering an escaped criminal hiding in their barn, they become convinced that he is Jesus, and agree to keep his location secret. The plot contrasts the innocence of the children with the fervour of the town's residents to inflict punishment on the supposed evil in their midst. (http://www.wikipedia.com/)

Tell Me On Sunday

Don't write a letter when you want to leave.
Don't call me at 3 A.M. from a friend's apartment.
I'd like to choose how I hear the news.
Take me to a park that's covered with trees.
Tell me on a Sunday please.

Let me down easy, no big song and dance.
No long faces, no long looks, no deep conversation.
I know the way we should spend the day.
Take me to a zoo that's got chimpanzees.
Tell me on a Sunday please.

Don't want to know who's to blame,it won't help knowing.
Don't want to fight day and nightbad enough you're going.
Don't leave in silence with no words at all.
Don't get drunk and slam the door,that's no way to end this,

I know how I want you to say goodbye.
Find a circus ring with a flying trapeze.
Tell me on a Sunday please.

I don't want to fight day and night, bad enough you're going.
Don't leave in silence with no words at all.
Don't get drunk and slam the door,that's no way to end this.
I know how I want you to say goodbye.


Don't run off in the pouring rain.
Don't call me as they call your plane.
Take that hurt out of all the pain.
Take me to a park that's covered with trees.

Tell me on a Sunday please...


---Music by Andrew Lloyd Webber
---From The Musical "Song and Dance"

20080528

Menjaga Api

Seperti menjaga api:
Api itu tidak boleh terlalu besar
sehingga menghanguskan

namun api itu juga tidak boleh terlalu kecil
sehingga padam ...

(dikutip dari epilog di pertemuan kalangan aktivis)

Favourite Quotations

What is (are) your favourite quotation(s) ?
Here below are some of mine :


Smile and the world will smile, too.

We might be not perfect,
but part of us are excellent.

If you wanna do it tomorrow,
then see me yesterday.

Add something nice to your special day
Add something nice to special moments
Add something nice to every day !


What is (are) yours ?

Be Patient

Bersabarlah pada setiap orang,
tapi lebih bersabarlah pada diri sendiri.

Jangan gelisah dengan ketidaksempurnaanmu,
bangkitlah selalu dengan perkasa dari kejatuhan.

(Frans de Sales)

dikutip dari kiriman e-mail Rm. Albertus Medyanto, O.Carm

20080527

"Privatisasi" Taman Prasasti (Bagian 2)

Setelah coba cari penjaga di pintu gerbang utama, kami jumpa dengan seseorang yang sepertinya tinggal di situ dan menjaga/merawat Taman Makam itu. Kami tanya lagi, apakah boleh masuk ke dalam, untuk ambil foto-foto sebentar?

Penjaga itu menjawab, taman tutup, tidak buka, jadi tidak bisa masuk. (Lho tapi di dalam ada orang masuk?) Penjaga itu bilang, mereka sudah booking. (Lho harus booking dulu? Ada nomor telepon yang saya bisa telpon dulu untuk booking Pak? Supaya gak kecele, sudah datang tapi tidak bisa masuk?) Dijawab, langsung datang kemari aja, nanti rundingan aja. (Lho, rundingan apa ya?)

Akhirnya terjawab juga. Penjaga itu menjelaskan, bahwa kalau di hari-hari saat Taman ditutup untuk umum, sering ada orang yang pesan (booking) untuk "menyewa" lokasi Taman Makam untuk keperluan seperti sesi pemotretan. Biasanya, si pembooking, negosiasi untuk bayar sejumlah uang tertentu (gak tahu berapa, penjaga itu tidak mau sebutkan, hanya bilang, ya nanti "antara situ sama saya aja"...) Lalu sebagai imbal baliknya, penjaga akan memastikan bahwa lokasi taman bisa digunakan oleh si pembooking selama beberapa jam, misalnya untuk pemotretan, dengan jaminan tidak terganggu oleh hilir mudik pengunjung lain yang mungkin masuk.

Oleh karena itu, terjawab. (1) Jam buka tutup Taman itu bisa semaunya si penjaga. (2) Pada hari tertentu, kalau Taman sudah dibooking orang, maka Taman bisa ditutup untuk umum, untuk memberi previlege bagi si pembooking yang sudah ada transaksi imbal jasa dengan penjaga Taman.

Hm... Privatisasi Taman Prasasti dong ya?

Hmm.. mungkin saya saja yang belum tahu informasi jelasnya bagaimana pengaturan akses ke Taman itu. Apakah itu properti Privat atau Publik ? Swasta atau State-Own/Pemda?

Entah lah........Yang jelas, ornamen dan monumen di taman makam itu tampaknya tidak se-exciting yang tampak di taman makam yang di film Phantom; yang klip scene yang saya maksud di atas, bisa dilihat di youtube, berikut: http://www.youtube.com/watch?v=JAIMbYSwSWg


THANKS.
Thx too for DDY, SBY

"Privatisasi" Taman Prasasti (Bagian 1)

Pernah datang ke Taman Prasasti di daerah Tanah Abang I, Jakarta? Letaknya cukup mudah dijangkau, tidak sampai 1 km sebelah barat Museum Gajah/Monas.

Kalau belum pernah datang ke situ, mungkin sudah pernah dengar namanya, atau malah pernah lihat foto-fotonya. Taman ini sering dijadikan lokasi pemotretan. Mungkin Anda pernah melihatnya, dalam majalah mode, majalah pernik wedding, katalog wedding organizer, atau foto pre-wedding (semoga pre-wedding nya berlanjut ke wedding, dan masih langgeng. Amin :)

Tidak tahu kenapa dinamakan Taman Prasasti. Koleksi utamanya sepertinya bukan batu-batu prasasti, melainkan monumen-monumen makam. Ini memang sebuah taman makam, warisan dari jaman kolonial dulu.

Taman ini berisi banyak makam-makam dengan monumen-monumen khas cemetery. Ada patung-patung malaikat, patung-patung santo-santa, monumen-monumen salib batu, dsb. Mengingatkan pada ornamen-ornamen khas jaman abad pertengahan/baroq/renaissance kali ya?

Saya sendiri belum pernah masuk ke dalam Taman Prasasti ini. Sering dengar namanya, sudah pernah lihat foto-fotonya di hasil jepretan seorang kawan kuliah dulu yang hobi fotografi. Beberapa bulan belakangan ini, saya jadi sering melewati jalan depannya, karena itu salah satu alternatif jalan menuju lokasi kantor saya di daerah Tanah Abang juga.
Beberapa hari lalu, kebetulan ada satu kesempatan yang membuat saya datang ke Taman Makam itu. Seorang teman yang menekuni fotografi juga kebetulan sedang berkunjung ke Jakarta. Dia minta ditemani hunting foto di Jakarta. Yang terpikir, tentu lokasi Kota Lama Jakarta (lokasi wajib kali yak?) Yang juga terpikir, Taman Prasasti itu.

Namun sayang tidak sampai bisa masuk ke dalam Taman Prasasti. Dua kali dalam hari yang berbeda, kami mencoba untuk datang masuk ke sana. Dua-duanya tidak bisa masuk.

Kami tidak bisa masuk ke taman itu, karena pada waktu itu taman sedang tutup. Hari pertama, penjaga di dalam bilang, taman hari ini tutup, karena itu hari Senin yang kejepit (habis Minggu libur, dan Selasanya libur tanggal merah). Kami tanya, besok buka Pak? Coba datang aja, kayaknya besok buka. (Duh, apa gak ada jadwal pasti untuk buka tutupnya?)

Kami penasaran ingin masuk. Karena dari kisi-kisi pagar besi tinggi, kami bisa melihat taman makam itu, dan penasaran, apakah kalau kami masuk, bisa menemukan obyek-obyek monumen atau ornamen yang bagus-bagus.

Saya sendiri juga penasaran ingin masuk. (1) supaya teman yang dari luar kota itu bisa mendapatkan oleh-olehj jepretan dari Taman Prasasti, selain obyek-obyek lainnya di Jkt; (2) mumpung ada temannya untuk mengunjungi taman itu; kalau sendirian, agak malas juga ya? (3) ini baru saya sadari kemudian, bahwa "dorongan kuat" saya untuk melihat Taman Prasasti itu adalah karena teringat scene di film Phantom of The Opera, di bagian lagu "Whishing You Were Somehow Here Again" di mana tokoh Christine mengunjungi makam ayahnya, yang lokasinya di dalam taman makam ala kompleks pemakaman besar yang dengan ornamen-ornamen patung-patung artistik. Mirip seperti Taman Prasasti. Namun yang di film Phantom, monumen patung-patungnya jauh lebih besar.

Sayang, seribu sayang, dan ditambah menjengkelkan, hingga kami datang lagi kemudian di hari esoknya, kami juga tidak bisa masuk ke taman itu.

Alasan penjaga pada hari kedua itu, taman hari itu tutup. Pintu gerbang utama memang ditutup, digembok. Kami menyusuri pagar samping, mungkin ada yang dibuka. Dari besi teralis, kami melihat taman memang sepi, tapi ada orang-orang di dalam. Ada sekelompok orang yang sedang melakukan sesi pemotretan.

Saya dan teman saya yang hari itu sudah mirip betul dengan turis Jepang (kaos santai, celana pendek, sepatu kets, topi, dan mata sipit (hehe) jadi seperti turis Jepang betulan)-- kami berpikir, kalau orang-orang di dalam itu bisa masuk ke taman itu dan foto-foto di situ, mengapa kami tidak bisa/boleh?

--Bersambung ke Bagian 2---