Showing posts with label Film. Show all posts
Showing posts with label Film. Show all posts

20090425

Cinema XXI / 21 (Part 1. A-F)

CINEMA-CINEMA....
.
Sudah lama jarang nulis-nulis tentang review film di blog ini. Sekarang juga masih malas nulis tentang film sih :)
.
So, yang sekarang ini mau saya tulis, tentang bioskop-bioskopnya saja ya... Apa yang pernah saya lihat dan kesan tentang bioskop-bioskop itu saja ya...
.
Mayoritas yang di Jakarta saja dulu... (karena yang di kota lain, tidak banyak yang saya pernah tahu :) Dibahas urut alfabetikal aja ya... sesuai dengan urutan kemunculannya di list Theaters di web 21cineplex.com
.
.
Disclaimer: Ini hanya pandangan dan kesan pribadi saja, tidak ada hubungan dengan marketing 21 atau XXI Group, dan pencitraannya. Tulisan ini murni hanya kesan dari kacamata audiens saja. Thanks.

Anggrek XXI. Bioskop ini di Mal Taman Anggrek, Jakarta Barat. Mal nya besar, tapi bioskopnya ukuran luasnya tidak sebesar skala mal nya. Ada 4 studio, setahu saya ukuran studio-studionya juga tidak begitu besar. Lebar layarnya standar, sesuai kebiasaan di 21 atau XXI yaitu studio 1 dan 2 umumnya lebih besar dibanding studio 3 dan 4 nya. Dulu sewaktu belum di -upgrade jadi XXI (masih bernama Anggrek 21), lobby nya cukup berisik, karena penempatan mesin-mesin game yang lumayan membuat gaduh, sementara lobby nya tidak begitu luas. Sekarang setelah renovasi ketika upgrade jadi XXI, dengan dinding panel kayu, dan tempat mesin game diberi sekat kubikal pemisah, sepertinya jadi tidak terlalu gaduh berisik lagi.

Kesan yang menyolok juga di Anggrek XXI, antrean di loket tiket pada hari weekend, biasanya panjangggg... sampai mengular di lobbynya. Tapi itu antrean di loket yang melayani pembelian tiket dengan promosi buy 1 get 1 dengan kartu kredit tertentu. Sementara loket tiket yang menjual tiket reguler, biasanya tidak penuh. Tampaknya, penonton di sini mayoritas adalah mereka yang memanfaatkan promo buy 1 get 1 itu. So, sabar-sabar lah antre tiket di bioskop ini :)

Arion 21. Bioskop ini di Plaza Arion. Jarang ke sana, setahu saya terakhir kali ke sana sudah lama sekali, ini bioskopnya masih yang versi bioskop 21 prototipe awal-awal... (Dulu itu malah tiket nya masih yang manual dirobek dan tempat duduk ditulis dengan spidol). Sekarang masih begitu gak yah? Gak tahu juga. Bagi penonton yang masih sering ke situ, bisa update infonya? :) :)

Blok M 21. Di Plaza Blok M. Ini juga masih versi bioskop 21 tipe tipe awal. Jarang juga ke sana. Mengingat Plaza nya cukup besar dan selalu ramai, dan sekarang juga sudah dibuka bioskop lainnya di Blok M Square di seberangnya, mungkin Blok M 21 cepat atau lambat akan di-upgrade juga menjadi XXI.

Cilandak 21. Di Citos, atau Cilandak Town Square. Belum pernah nonton di sini. Jadi tidak bisa cerita banyak :)

Citra 21. Di mal Citraland, atau mal Ciputra. Studionya relatif kecil-kecil, layarnya kecil-kecil, dan belakangan ini sejak film Indonesia mulai ramai lagi diproduksi, bioskop Citra 21 ini termasuk bioskop yang paling sering memutar film-film Indonesia. Bahkan, sering lihat dari tepi jalan, billboard poster film yang sedang diputarnya, hampir tiap pekan memasang semua film Indonesia di ke-empat studionya. So, buat penggemar film Indonesia, tampaknya selalu bisa menemukan film yang ingin Anda tonton di sini :)

Djakarta XXI. Bioskop ini terletak di jantung kota Jakarta, di area Sarinah. Karena lokasinya strategis, di tempat yang bisa dibilang meeting point, dekat tempat-tempat hang out di malam hari atau akhir pekan, mudah dicapai dari mana-mana, dekat jalan Thamrin Sudirman area perkantoran, jadi tidak heran bioskop ini termasuk selalu ramai. Dulu ada tiga studio, dengan studio 1 nya yang sangat luas (konon bisa memuat 400 orang penonton); dengan layar yang sangat besar, jadi membuat nyaman menonton. Tapi sayang seribu sayang, sekarang tinggal hanya ada 2 studio yang relatif kecil. Sementara studio 1 nya itu sekarang sudah ditutup, dan sudah diremake menjadi gedung multifunction XXI Ballroom.

Emporium XXI. Ini terletak di salah satu mal terbaru di kawasan Jakarta Utara, tepatnya di Pluit, berseberangan dengan mal Pluit Junction. Emporium XXI dengan 4 layar studionya menambah alternatif tempat menonton di area Pluit, setelah sebelumnya sudah lebih dulu ada Mega Mal 21 (sekarang sudah upgrade menjadi Pluit Village XXI) dan Pluit Junction XXI.

Emporium XXI ini terletak di Emporium Mal Pluit yang bisa dibilang besar juga. Bioskopnya terletak di lantai 5, lantai paling atas. Ada 4 studio yang ke-empatnya berukuran relatif besar, dan layar-layarnya juga besar. Lay out tempat duduk penontonnya di ke-4 studionya adalah yang bentuk 3 baris/ 3 saf. Jadi kita bisa mendapatkan tempat duduk "best view" di saf yang di tengah, jadi posisi perspektif pandangan bisa lebih baik, karena bisa tepat di tengah ke arah layar.

Yang agak "lucu" dari Emporium XXI ini adalah lay out lobby dan letak ke-4 studionya. Ke-empat studionya (jadi 6, dengan studio Premiere XXI nya), terletak berjejer bersisian (seperti jejeran ruang kelas, sebagai gambaran); sementara di depan ke-empat studio itu, ada semacam "lorong", atau koridor memanjang tepat di depan pintu-pintu ke-6 studio itu.... Kalau dilihat lihat dan dirasa rasa, koridor lobby ini jadi seperti "halte busway' yang sering kita lihat di Jakarta itu :) Apalagi ketika terjadi arus penonton bubaran dan penonton yang baru akan masuk ke studio :) Tapi di koridor ini, menyajikan view yang menarik, dari koridor itu kita bisa memandang lewat jendela, view ke gedung mal di seberangnya, dan view jauh luas pemandangan belahan utara kota Jakarta (Pluit, Muara Karang, tol bandara, hingga teluk Jakarta/pantai Marina sepertinya bisa terlihat juga).

Bioskop ini juga ramai, tampaknya menjadi favorit warga Pluit dan sekitarnya (di sana banyak kawasan perumahan). So, kalau ingin nonton di hari weekend, atau libur, terutama di jam jam pertunjukan sore-malam, baiknya Anda mengantre tiket sore-sore, atau lebih awal; karena biasanya setelah jam 19, hampir semua studionya sudah nyaris habis tiketnya hingga sampai ke pertunjukan yang tengah malam pun (midnight show), dan bila Anda baru datang ke loket tiket di atas jam 19, biasanya tinggal tersisa bangku-bangku yang di baris-baris satu atau dua paling depan buat Anda :)

-------------

To Be Continued to Next Cinemas in Jakarta, alphabetical G etc.

20090113

Different Views


Just Another Words Fighting.

Outbox 1
From: AWK. 23.45. 12-Jan-09

Film yang tadi saya liat, bagussss. Tadinya kira cuma film kungfu modern gak jelas gitu. Tapi ternyata bagus. Yang nonton tadi juga banyak sih.. :)


Outbox 2
From: AWK. 23.48. 12-Jan-09

Oya, judul film nya IP Man. Aktornya Donnie Yen. Setting tahun 1936-1945. Tentang heroic, family, war, heritage, and human trait. Kasih nilai 8-9 deh. Kalo saya jadi juri Oscar, pasti saya pilih film ini dapat award juga :)





Inbox 1
From: HTH. 00.40. 13-Jan-09

Bukan bermaksud apa-2, tapi saya tidak mau membahas tentang film dengan orang yang hanya menilai kebagusan suatu film dari tata suara bioskop yang menggelegar dan terlebih dari orang yang mengganggap bahwa film sesempurna The Lord of The Rings hanya biasa aja. Bukannya apa-2, kelas dan selera kita berbeda. Jadi kalo kita membahas suatu film, pasti tidak akan menemukan benang merahnya. Itu juga alasan kenapa saya tidak pernah membaca review film lagi di Candi Sewu.

Outbox 3
From: AWK. 01.37. 13-Jan-09

Kalimat kamu tadi keras dan tajam juga ya.. I was just sharing my points of view.. I did not mean others should agree with me..


>>%&&%&%....*&%^%#@!%">$%^#%@%>>>%&&%&%....*&%^%#@!%^!


Gubrak juga yah....
HEHEHEHEE :)

Peace :)


-----------------------------
Pictures :

(1) Poster film IP Man, grabbed from www.21cineplex.com
(2) IP Man and family, starring by Donnie Yen, dkk. Grabbed from www.screen-power.com

20090106

[Film] YES MAN


Inspirative Movie. Film berjudul YES MAN yang siap beredar reguler now playing di awal tahun 2009 ini, baguss... :) Bagusnya dalam hal: lucu tapi inspiratif; Film ini jadi menghibur, menarik, meaningful dan useful :)

Yes Man

Film ini menceritakan tentang perubahan hidup pada tokoh Carl yang diperankan oleh Jim Carrey. Semula, Carl adalah orang yang punya kecenderungan menghindari komitmen dan keterikatan atau beban dari orang lain, dengan terbiasa mengatakan "tidak" pada apa pun ajakan atau kontak dari orang lain.

Di bagian awal film digambarkan bagaimana Carl selalu enggan menjawab panggilan telepon dari nomor tak dikenal. Carl juga selalu siap dengan jawaban "tidak ah", "segan ah", "aku gak bisa", dengan segala dalihnya.

Secara kebetulan, lebih tepat kalau dibilang secara terpaksa, karena awalnya sekedar menyenangkan satu teman baiknya, Carl menghadiri suatu seminar tentang motivasi, yang bertopik "Yes Man" dengan inti pesan: katakan Ya pada hidup, katakan Ya pada apa pun. Jangan katakan Tidak. Jangan menolak kehidupan dengan mengatakan Tidak, tapi terimalah kehidupan dengan mengatakan Ya! Ya! dan Ya!

Karena pressure dari acara itu, Carl terlanjur membuat suatu "kontrak" yang harus ia penuhi, dengan cara mengatakan Ya pada apa pun; dengan kata lain, menjadi Manusia Ya (Yes Man).

Cerita pun bergulir, dengan Carl menjawab Ya pada semua hal yang menghampirinya. Mulai dari ya untuk memberikan tumpangan pada seorang tuna wisma; lalu mengiyakan ketika tuna wisma itu meminta untuk meminjam handphone Carl, bahkan hingga tuna wisma itu menghabiskan batere HP Carl. Hal-hal yang pada waktu sebelumnya, pasti dengan cepat akan dijawab oleh Carl "No Way". Tapi sejak terikat kontrak di seminar itu, Carl mencoba komit memenuhi janji pada dirinya sendiri untuk menjadi Yes Man.

Then, semua hal yang datang pada Carl, ia iyakan. Mulai dari tawaran kursus bahasa asing (bahasa korea:), undangan untuk menonton musik yang jenis musiknya ia tidak tahu, tawaran kursus menerbangkan pesawat, permintaan donasi, dan sebagainya. Termasuk pula, semua aplikasi permohonan kredit bank di mana Carl bekerja menangani credit approvement di bank tempat ia bekerja, semua aplikasi itu ia setujui. :)
.


Yes Man, Positive Life

Singkat kata, tips untuk mengatakan Ya pada kehidupan, di film ini digambarkan memang membuahkan kebaikan. Carl mendapati bahwa hidupnya jadi penuh dengan buah-buah kebaikan.
.
Dari mengiyakan undangan nonton musik yang ia sebetulnya tidak berminat, di acara itu ia berjumpa dan berkenalan dengan gadis vokalis band, yang kemudian menjadi date & partner nya.

Dari mengiyakan semua aplikasi permohonan kredit di bank nya, Carl mendapatkan apresiasi bagus dari atasannya, sehingga ia mendapatkan promosi naik jabatan. Dari situ pula, ketika suatu saat Carl membutuhkan pertolongan, ada banyak orang yang dengan sedia menolong Carl, mereka itu adalah para nasabah bank, yang aplikasi kreditnya di-approved oleh Carl :)

Tapi lalu Carl "terkena batu" nya juga. Si gadis yang jadi date-nya, dan yang kemudian mereka saling jatuh cinta, lalu mendapati bahwa Carl memang selalu menjawab iya pada segala hal, walaupun ia tidak suka atau tidak berminat, atau tidak mau. Si gadis itu menjadi kecewa, karena ia merasa tertipu, ia jadi meragukan cinta Carl, karena Carl dilihatnya hanya sekedar mengiyakan hal apa pun, termasuk ajakan komitmen antara mereka. Si gadis itu (sori lupa nama tokohnya di film ini :) jadi tahu, bahwa Carl tempo hari itu memang bukannya datang ke pertunjukkan musiknya karena tertarik dengan musiknya, tapi karena sekedar sudah kontrak to say yes to everything.

Tapi kemudian, ending film Holywood tentunya selalu happy ending.... Ikuti sendiri ya ending nya di film ini :) :) Kalau saya ceritakan semua, nanti jadi gak seru lagi :) :)
.

Say Yes, Say No ?


Film ini menjadi menarik, karena selain adegan lucu yang menghibur, film ini memberikan moral story yang meaningful dan useful.

Jaman sekarang ini, kita sehari-hari, sudah terbiasa dengan otomatisnya, untuk mengatakan tidak, dan menghindari dari hal-hal eksternal yang kita pikir akan memberatkan kita, kalau kita iyakan.

Ketika kita diminta untuk melakukan tugas tambahan di luar tugas kita di kantor, kita otomatis bilang "Tidak, itu bukan tugas saya". Ketika pengurus RT atau Gereja atau lingkungan sosial lainnya, minta suatu partisipasi kita, dengan cepat kita memberi jawaban, "maaf saya tidak ada waktu", setiap kali ada orang di jalan minta tolong sesuatu pada kita, dengan cepat dan merasa wajar, kita terbiasa bilang "maaf" (yang artinya: tidak, saya tidak bisa/mau bantu anda); ketika teman atau keluarga mengundang kita untuk ikut join suatu acara, kita dengan cepat menemukan dan memberikan alasan tidak bisa datang.

Di Psikologi, hal-hal tersebut (No Man), dalam banyak hal akhirnya memang menjadikan manusia tidak mendapatkan apa-apa dalam hidup. Di psikologi, dikatakan bahwa hal-hal premature No itu menjadi semacam "self-sabotage" bagi kehidupan seseorang. Orang itu menciptakan kegagalannya sendiri, atau orang itu menyia-nyiakan kesempatan karena terlalu cepat mengatakan "tidak".

Dengan tips habitus "Yes Man", mengatakan ya-ya-ya pada kehidupan, maka hidup seseorang menjadi lebih positif, lebih terbuka terhadap peluang-peluang. Hidup adalah peluang, kata suatu kutipan kebijakan lama.

From Psychology Therapy on Stress Management: Katakan Tidak


Buat saya, yang beberapa tahun lalu ada satu mata kuliah ketika kuliah Psikologi, yaitu kuliah Stress Management, film ini jadi menarik. Di kuliah Stress Management, ada satu terapi tentang bagaimana kita mengatakan Tidak. Namun di film ini, sebaliknya, terapinya adalah, bagaimana kita selalu dapat mengatakan Ya.

Di konteks stress management, "Katakan Tidak" muncul karena kecenderungan orang yang tidak dapat mengatakan tidak, yang tidak dapat menolak suatu permintaan dari orang lain pada dirinya, walaupun ia tidak bisa memenuhinya. Orang menjadi tidak bisa menolak. Dampak negatifnya adalah orang jadi terbebani dengan janji dan komitmen di sana sini, hingga akhirnya orang itu menjadi stress sendiri karena tidak dapat memenuhi komitmen, yang sebelumnya sudah ia katakan ya, karena ia tidak berani, tidak mampu, tidak sanggup, tidak tega untuk mengatakan tidak.


Say Yes, and see what others will bring/give to you

Film Yes Man ini, memberikan moral story tentang katakan Ya, pada apa yang kehidupan minta dari kita. Apa yang kehidupan minta dari kita, pada saat yang sama berarti adalah apa yang kehidupan tawarkan dan akan berikan pada kita. Say Yes to open the door and see what the life bring/give to you when the door was opened.

Tapi, katakan Tidak, juga penting di saat-saat tertentu.Intinya, kita katakan Ya, untuk memberikan dan membuka kesempatan. Kita katakan Tidak, untuk hal-hal yang kita tahu batasnya, untuk hal-hal yang kita tahu baik buruknya. Katakan ya, kalau kita memang ingin. Katakan tidak, kalau kita memang tidak ingin.

Tapi untuk segala sesuatu yang tidak merugikan, yang buat kita nothing to loose, why don't we say Yes? Di saat buat kita mengiyakan sesuatu itu nothing to loose, di saat yang sama buat orang lain, bisa jadi itu adalah sesuatu yang amat berarti dan bermanfaat.
.

So, sudahkan Anda mantap, kapan mengatakan Ya, kapan mengatakan Tidak ? :) :)

Life time is learning time, also.


*******

Taman Anggrek XXI. Sat. Jan 03, 2009. 23.00. Special Thanks for R-10.

-----------------
Pictures were taken from :

(2) private pictures by AWK (2009)


20081218

Film di Bulan-bulan Ini

Dear Pembaca Candi Sewu Blog Yth. Ketemu di tulisan tentang film lagi ya ... Teringatnya sudah lama juga tidak menuliskan tentang film-film di blog Candi Sewu ini. Padahal sudah lumayan banyak film-film baru yang beredar dan tayang, dan sudah ditonton. Kita mulai satu per satu ya... Tapi sayangnya, karena lumayan ada beberapa sekaligus yang mau dituliskan, jadi mohon maaf, tidak bisa panjang-panjang menuliskannya.... So, let's have some brief on these movies .... :)


The Day The Earth Stood Still. Film ini lumayan menarik untuk ditonton dan diikuti ceritanya. Another movie starring by Keanu Reeves. Menonton film-film Keanu Reeves memang menarik untuk diikuti. Cerita yang diangkat di film ini sebetulnya idenya menarik, namun agak jadi klise dengan arogansi Amerika, yang di banyak film-film Holywood memang menempatkan diri menjadi the cop of the world, the savior of the world, the guardian of the world. Film Mas Keanu ini sebetulnya malah bisa dibilang, menyindir arogansi Amerika yang merepresentasi manusia yang dengan kelakuannya menempatkan diri "menguasai" bumi, yang justru malah membahayakan kelangsungan hidup bumi. Film ini saya kasih ponten 7 dari 10. Selain Keanu, film ini juga diperankan oleh Jeniffer Connely, with her smart bright beauty :) Sudah lama baru jumpa lagi dengan Jeniffer ini di layar film, setelah dulu sekitar 2005, di film Dark Water.




Twilight. Film ini iklan-iklan dan berita serta promosinya begitu heboh. Di negara asalnya, film ini di menjadi super box office, yang laris manis bahkan jauh hari sebelum penayangannya :) Film ini disebut-sebut menyaingi kelarisan film Harry Potter. Film ini sama-sama diangkat dari novel laris di kalangan remaja.

Tapi menurut saya ... (hehehee...) film ini terlihat biasa-biasa saja... Film ini jadi tanggung, antara film horor ya bukan, film drama remaja romantik, ya gak juga :) Film ini lebih nyangkut ke genre film-film ABG seperti film High School Musical, dibandingkan kalau dimasukan ke genre film-film seperti Interview with the Vampire, etc. Yang menarik, ada satu ide yang diangkat di sini, yaitu vampire yang disebut "vegetarian" karena tidak lagi menghisap darah manusia, tapi hanya minum darah hewan saja. :) Yah... untuk hiburan, film ini lumayan untuk ditonton :)




Quarantine. Anda mungkin masih ingat dengan film Clover Field, yang gambar posternya patung Liberty, yang bercerita tentang pengalaman sekelompok tokohnya menghadapi saat-saat mencekam ketika suatu disaster terjadi menimpa warga kota? Yang film ini menjadi perhatian (dan komplain juga) dari penonton, karena cara pengambilan gambarnya yang unik, yaitu dengan gaya shooting video handycam amatir, sehingga gambar di layar goyang-goyang terus dari awal hingga akhir film? Nah.... prepare yourself... siap-siap melihat gaya pengambilan gambar yang sama dengan film Clover Field itu di film Quarantine ini. Bedanya, di Quarantine, penceritaan lewat handycam dilakukan oleh 2 orang wartawan TV reality show. Bagi penyuka film horor dan ketegangan, dan film yang agak unik, mungkin bisa enjoy dengan film ini :)


The Other Boleyn Girl. Film ini dari judulnya agak-agak bisa membuat film ini tidak dilirik orang, karena tidak banyak orang bisa langsung tahu bahwa film ini diangkat dari kisah royal kingdom, kerajaan Inggris. Sentra cerita film ini adalah Raja Henry VIII dan Anne Boleyn, yang kemudian menjadi Queen Anne setelah akhirnya menikah dengan Henry VIII. Film ini menceritakan bagaimana Anne Boleyn mencapai ambisinya untuk menjadi Ratu. Film ini diangkat dari cerita novel, yang menjadi salah satu novel yang bercerita tentang dinasti Kerajaan Inggris.
Kalau lalu diinformasikan bahwa film ini juga antara lain menceritakan riwayat ketika Gereja Katolik di Inggris, memisahkan diri dengan Gereja Katolik Roma, dan menjadi apa yang sekarang dikenal sebagai Gereja Anglikan, mungkin kita baru teringat dan tersadar dengan kisah sejarah yang cukup signifikan dalam sejarah abad pertengahan.

Film ini menarik untuk ditonton, dan diikuti alur ceritanya. Sayangnya, film ini gambar-gambarnya agak gelap, suram; yang memang sepertinya disengaja oleh sutradara, untuk menggambarkan abad pertengahan, jaman ketika kisah itu terjadi.

Ada satu bagian yang sebaiknya, jangan dilewatkan, karena sangat mengesankan, dalam film ini, yaitu adegan-adegan yang menampilkan Katherine dari Aragon, Queen of England, isteri pertama yang sah dari Henry VIII. Adegan-adegan ketika Ratu ini melabrak perempuan kakak beradik Boleyn Girl, yang adalah selingkuhan Raja Henry VIII, yang ditampilkan secara mengesankan, karena walau adegan melabrak, namun dilakukan oleh Ratu, dengan wibawa keratuannya, sehingga adegan ini cukup memberi kesan merinding :) Juga ketika Ratu ini di depan pengadilan, menjawab pengadilan yang menguji validitas pernikahan Ratu Katherine ini dan Raja Henry VIII. So, don't miss this movie, and these scenes :)



Bolt. Film animasi kartun ini, semestinya sih bagus, menarik, dan lucu :) Tapi karena kebetulan saja, saya kurang begitu enjoy dengan film-film animasi kartun, jadinya saya tidak bisa menyebutkan di sini bahwa film ini saya enjoy menontonnya :) Saya sendiri tidak mengerti/menangkap jalan ceritanya... :) :) :) Mungkin saya-nya aja yang Bolot, eh Bolt.. Hehehehe... Tapi animasi film ini memang bagus, halus, dan hidup...




Cuman, karena film-film animasi kartun, menurut saya terlalu berisik :) Ya maklum lah, film animasi kartun memang adalah jenis film yang ditujukan untuk pemirsa anak-anak, di mana film anak-anak harus banyak stimulus, maka itu film animasi selalu ada pergerakan gambar, ada suara-suara, jadi selalu ada dialog-dialog atau bunyi-bunyian dan gerakan-gerakan anime, sehingga film nya bisa terlihat hidup dan dapat menarik perhatian anak-anak, yang sejatinya adalah pemirsanya. Tapi, hari gini, film-film anak-anak begini, penontonnya malah orang-orang dewasa semua di dalam bioskop :) Anak-anak hanya beberapa saja yang seliweran :) :)


Butterfly Lovers. Film Mandarin klasik ini, seharusnya menjadi film yang bagus dan menarik, karena cerita yang diangkat adalah cerita termasyur, yaitu cerita Sam Pek Eng Tay, yang kondang dan melegenda. Tapi sayang, di film ini, modifikasi ceritanya jadi garing. Film ini malah endingnya lebih mengarah dimirip-miripkan dengan kisah Romeo Juliet. Cerita aslinya, teringat saya, lebih menarik dan menyentuh :) Yang bikin jelek dari film ini adalah sinematografinya juga kurang bagus, gambar-gambarnya di-shoot secara kasar. Menonton film ini seperti melihat film-film bioskop di tahun-tahun 80-an :) Yang gambar-gambarnya seperti di sinetron-sinetron di TV kita sekarang ini :) :) Di salah satu website review film, Butterfly Lovers versi ini disebut "great story in a bad movie". Menurut review-review, masih jauh lebih bagus versi film Butterfly Lovers yang sebelum-sebelumnya, antara lain versi sutradara Tsui Hark, di tahun 1994.


Halloween. Film ini memang film horor. Film ini ditayangkan dengan momentum Hallowen Day/Night, yang tempo hari pada tanggal 31 Oktober. Film horor ini adegan-adegannya banyak menampilkan gambaran yang sadis... Film yang menyeramkan... Teringatnya, waktu itu saya "terpaksa" menonton film ini, karena teman yang mengajak nonton film ini, dia memang penyuka film horor :) Sementara, waktu dia ajak untuk nonton film ini, saya jadinya tidak berdaya tolak... so, pasrah nonton film yang gambar-gambarnya saya takut lihat.... Hehehehe...
Tapi jalan cerita film ini separuh ke belakangnya memang menarik untuk diikuti, kita jadi ingin tahu, setelah ini apa...setelah ini apa.. .setelah ini apa... :)
Cuman, menurut saya, aneh dan gak nyaman aja, nonton film horor seram.. Kita ke bioskop kan untuk nonton film, cari hiburan, kok malah ditakut-takutin :) :) Ya... Begitulah ...:) :)

-------------------
Gambar-gambar dicopy paste dari sumber-sumber di internet...
[uppss.. sorry, lupa save url nya, jadi gak bisa sebut referensinya....]

20081124

[Film] City of Ember


Seven Grade. Ada yang juga sudah nonton film City of Ember? Di 21 dan XXI baru tayang midnight malam minggu kemarin ini (Nov 22). Saya sudah nonton film ini midnight sabtu kemarin. Lumayan menarik, walau tidak bagus-bagus amat. Kasih ponten 7 deh dari skala 10.

Another Narnia-Golden Compass Movie

Buat yang suka film Narnia, Golden Compass, etc, pasti akan suka dengan film ini. Tapi kalau yang gak suka film Narnia, Golden Compass, mungkin akan bilang film ini boring, atau biasa aja. Secara, pesan moral dari film Ember ini juga seperti film Narnia dan Golden. (Kalau gak salah, penulis cerita novelnya, sama ya dengan penulis Narnia dan Golden Compass?)

Tokoh-tokoh di City of Ember juga tipikal Narnia dan Golden Compass, yaitu tokoh remaja co dan ce, lalu ada adik kecilnya. Di Ember ini, tokoh sentral petualangan ini, ada 3 orang: Lina Mayfleet (ce, sekitar umur SMP gitu deh); Doon (co, teman sekolahnya Lina) dan ada satu tokoh lagi, adiknya Lina (ce, sekitar umur kelas 1-2 SD gitu deh).

Tokoh Doon, diperankan oleh pemeran yang sama di Narnia 2, yang jadi si younger brother (anak co yang nomor dua, bukan yang co tertua di film Narnia itu; hhmm Peter ya namanya? Duh, sori saya gak gitu hapal detil-detil nama-nama tokoh-tokoh di film :)

Story of The Light of The World

Btw, seperti dulu banyak dibahas tentang Golden Compass, yang konon ceritanya adalah tentang pesan-pesan Gereja/Kristen... So, City of Ember pun, saya lihat juga demikian. Film City of Ember ini juga tipe "film dakwah" juga gitu deh....

Malah di City of Ember ini, pesan moral kalimat dakwahnya lebih terang-terangan, lebih eksplisit. Bagi yang background kristen/katolik, pasti akan dengan mudah menangkapnya...

Evangelisasi

Di ending film ini, ada adegan dan kalimat eksplisit ... "mereka yang telah lama tinggal dalam kegelapan, akhirnya melihat terang... " lalu "..mereka yang telah melihat terang, mencoba menyampaikan pesan kepada mereka yang masih tinggal dalam kegelapan.... pesan itu mungkin saja sampai, mungkin tidak; pesan itu (digambarkan ditulis di kertas yang diikatkan ke batu, dilemparkan ke kota Ember) mungkin saja jatuh ke atap rumah, jatuh ke dalam selokan, jatuh di jalan.... " [bagi yang background Kristen/Katolik mungkin ingat dengan kalimat di Injil "Firman Tuhan itu seperti benih yang ditaburkan, ada yang jatuh ke tanah yang subur, ada yang jatuh ke tanah berbatu, ada yang jatuh ke semak belukar...."

"Film Dakwah"

So, film is a media too. .. A "dakwah" film is not bad too... As long as we can enjoy it ....

Namun, lepas dari bahasan di atas... film City of Ember ini sebagai film petualangan remaja, cukup menarik untuk ditonton.... Untuk amannya sih, ya kita lepaskan aja dari interpretasi dakwah seperti di atas ya....

Disclaimer: Tulisan saya di atas, just only sharing of my point of view...

So, just enjoy the movie...

Pluit Junction. Sat. 08.11.22. 00.15 AM. Special Thanks to R-10.

------------------------------------------------------------------------

Wikipedia menulis tentang City of Ember, sebagai berikut:

Ember is a self-contained, self-maintained city. All food and supplies come from giant storerooms under the city and a handful of greenhouses. All the books in the library, apart from the city history "The Book of Ember" and the schoolbooks "The Book of Letters" and "The Book of Numbers", have been hand written by residents over the years of Ember. All the light in the city comes from lamps and floodlights; when these are extinguished, the city is completely dark, no stars, sun, or moon.

The electricity in the city comes from an ancient hydro-electric generator in the underground Pipeworks; keeping the aging generator operational is a constant task. Beyond the borders of Ember are the dark Unknown Regions, which are unexplorable because none of the citizens of Ember can produce a mobile source of light. Ember was constructed many years ago by the Builders, but nothing is known about them other than the fact that they built lots of stuff.

The story begins immediately after the construction of the city. Two of the Builders discuss what will happen when supplies run low and conditions become bleak, and decide to leave instructions for escape in a special sealed box, which will open automatically after 200 years, when it will be safe to leave the city. The box is entrusted to the Mayor of Ember, who passes it down to the following Mayor when he leaves office. While the Mayors do not know what the box contains, they keep it safe over the years and do not tell anyone about it. However, the box is lost and forgotten when the seventh Mayor unsuccessfully tries to open it (prematurely) and then dies before he can pass it on to the next Mayor.

The action then shifts to the year 241 in Ember. It is Assignment Day at the Ember school. On this day, the 12 year-olds finish their education and enter the workforce. They are assigned jobs at random by drawing pieces of paper from a bag held by the mayor. In room 8, one student, Lina Mayfleet, draws the job of Pipe-works Laborer; which will require her to work underground in the huge Pipeworks that power Ember and deliver its water, repairing lights and pipes as needed. Another student, Doon Harrow, becomes a Messenger. The Messengers are Ember's communication team, who run around the city relaying personal messages between citizens.

Both Lina and Doon dislike their chosen jobs, and therefore exchange them. Doon wishes to become an electrician because he is seriously concerned with the state of the city and the generator. Blackouts and power outages are becoming common in Ember. No one knows when the generator will stop. In addition, supplies are dwindling, buildings are crumbling and the city seems to be breaking down piece by piece. On the job in the Pipeworks, Doon explores the tunnels and tries to discover a way to save Ember. He even sneaks into the room containing the giant Generator, but realizes at once that he has no idea how it works, much less how to repair it.

Lina is thrilled to have the job of Messenger because it allows her to run and explore every corner of Ember while she delivers her messages. She works hard, puzzling over secret messages passed to the Mayor from a strange man named Looper. She also copes with her grandmother's ever failing health, and cares for her little sister, Poppy.

Poppy discovers an ancient piece of paper in a box in the Mayfleet apartment. By the time Lina manages to pry it out of the toddler's hands, the paper has been chewed and torn to pieces, and the writing has been obscured in many places. Lina hangs on to the scraps, and becomes convinced they hold a special message. She shows the paper to certain friends and neighbors, including her old classmate Lizzie Bisco, but nobody has any clues as to its significance.

Lina's grandmother cannot explain the paper either, but incoherently rambles on about finding "something that was lost". In the middle of one night, she calls Lina in. She mutters something about a baby, then falls asleep. That night, she dies. One of the Mayfleet family's neighbors, a kindly woman named Mrs. Murdo, offers to take Lina and Poppy in. Lina accepts this offer.

Eventually, and thanks to Clary, the greenhouse helper, Doon and Lina piece the paper together and a friend tells Lina that the message contains "Instructions for Egress"--instructions to leave Ember. They descend into the Pipeworks and discover that the instructions are indeed valid, and that the underground river holds the key to escape from the city. They also discover that a man named Looper is stealing the disappearing resources of Ember from the storerooms and giving them to the Mayor in a secret room in the Pipeworks. They report the Mayor's theft to City Hall, confident that he will be arrested.

However, the Mayor sets his guards upon the pair, and orders their arrest for "spreading vicious rumors." Before they can tell the residents of Ember about the Instructions for Egress, they are forced to flee the city. Lina manages to take her little sister Poppy, and, with Doon, goes down into the Pipeworks and flees Ember by boat on the underground river.

The river eventually leads to a great rock slope. Poppy discovers a book on the riverbank; Lina and Doon keep it and bring it along to read later. After a long and arduous climb, Lina, Doon and Poppy emerge from the rocks into a new world, where they discover sunlight, moonlight, stars and nature.

This discovery is followed by another one, their history. The battered book turns out to be a personal journal; reading it, Lina and Doon learn that their city was founded by a group of one hundred adults and the same number of children as a measure to guarantee the survival of the human race in a disaster that obliterated civilization.

Doon and Lina explore a nearby cave. Looking down from a high cliff in the cave, they are amazed to see Ember below them--and realize that they have been living underground all along. In a last-ditch effort to save their city's citizens, the three write a note with the Instructions for Egress, wrap it in Doon's shirt, and hurl it down into Ember where it is found by Mrs. Murdo.

----------------------------------

Pictures were taken from: 21cineplex.com; impawards.com

20081116

[Film] Journey to The Center of The Earth

Jules Verne. Film Journey to The Center of The Earth ini mengangkat cerita klasik yang termasyur: Perjalanan ke Pusat Bumi, oleh Jules Verne. Judul cerita ini saya tahu sejak saya masih kecil (SD) waktu mulai suka baca-baca buku. Waktu di jaman saya itu, ada kumpulan buku cerita bergambar, namanya Album Cerita Ternama.
.
Semua cerita-cerita termasyur dunia, ada di situ. Misalnya Kota Atlantis, Suku Terakhir Pompeye (atau Last Mohikan? atau ada keduanya?), Tom Sawyer, Benhur, Winnetou, Keliling Dunia dalam 70 Hari, dsb.
.
Sayangnya, cerita Perjalanan ke Pusat Bumi, saya waktu itu belum sempat baca... Hiks..... (atau waktu itu saya tidak paham ceritanya, jadi saya lupa? Maybe :)



Film 2008
Journey to The Center of The Earth, sudah beberapa kali difilmkan. Yang terbaru adalah yang dibintangi Brendan Fraser. Mendengar nama Brendan ini, penggemar film tentu ingat dengan sekuel-sekuel Mummy.
.
Bisa dibilang, ya cocoklah tipe cerita Journey ini dengan karakter Brendan di film sekuel-sekuel Mummy. Sehingga, kadang ketika menonton film ini, jadi teringat dengan film Mummy, atau malah jadi melebar jadi ingat juga film Indiana Jones nya Harrison Ford :)

Kembali ke film Journey versi 2008 Hollywood, film ini cukup menarik untuk ditonton. Film petualangan. Walau tidak sampai sebagus-bagus gimana, gitu... Untuk skala 1-10, boleh lah film ini kita berikan ponten 7.75

Amazing visualization
Film ini sangat menarik di visualisasinya, di efek-efek visualnya. Jalan ceritanya juga menarik (tampaknya di film ini terutama difokuskan pada perjalanan "masuk ke pusat bumi" dan upaya untuk kembali lagi ke permukaan bumi. Film ini cukup mendebarkan juga, untuk mengikuti bagaimana akhirnya mereka dapat kembali ke permukaan bumi, setelah mereka berhasil (walau secara tak disengaja pula) sampai ke pusat bumi.

Di beberapa bioskop di Jakarta, film ini dapat ditonton dengan fitur tampilan 3 Dimensi.
[silakan lihat infonya di Harian Ibukota, yang menyajikan iklan jadwal bioskop]


Hemat pemain
Film ini praktis pemainnya hanya sedikit. Sepertinya tidak sampai sepuluh orang :) karena memang sekitar 80 persen film ini, mengisahkan perjalanan pergi dan pulang dari pusat bumi :) di mana hanya tiga orang saja, yaitu Trevor, Hannah, dan Sean.


Lesson Learned
Pesan moral yang dapat dipetik dari film ini antara lain sebagai berikut.


  • The impossible is possible. Hal yang tampaknya tidak mungkin, bisa saja terjadi. Tidak ada yang tahu sampai segala sesuatu terjadi dan terlihat. Yang penting adalah kita tidak menutup diri terhadap segala kemungkinan. (Kalimat terakhir ini saya tambahkan sendiri bukan melulu dari film ini, tapi masih cukup relevan lah dengan moral story film ini... )

  • Belajar dan membaca apa pun, informasi yang mungkin suatu saat berguna. Trevor dan Hannah banyak terbantu dengan informasi-informasi yang mereka pernah baca, termasuk tulisan-tulisan di buku Journey to the Center of The Earth, seperti dikisahkan di film itu, walau ketika membaca itu mereka juga tidak tahu apakah informasi itu betul dan akan berguna di masa datang. Sean sempat berucap bahwa ia menyesal melewatkan membaca buku Journey to the Center of The Earth, padahal buku itu menjadi bacaan wajib di sekolahnya :)

  • Lain-lain ......

(Ada yang sudah nonton film ini,
dan mau menambahkannya di sini?) :)


.....................................................................

.....................................................................

(Just kindly click "Comment" below, and post your comment :)


WIKIPEDIA menulis tentang novel A Journey to the Center of The Earth :

A Journey to the Centre of the Earth (French: Voyage au centre de la Terre), also translated as A Journey to the Interior of the Earth, is a classic 1864 science fiction novel by Jules Verne.
.
The story involves a professor who leads his nephew and hired guide down a volcano in Iceland to the "centre of the Earth".
.
They encounter many adventures, including prehistoric animals and natural hazards, eventually coming to the surface again in southern Italy. The living organisms they meet reflects the geological time; just as the rock layers become older and older the deeper one gets, the animals get more and more ancient the closer the characters come to the center.

From a scientific point of view, this story has not aged quite as well as other Verne stories, since most of his ideas about what the interior of the Earth contains have since been proven wrong. However, a redeeming point to the story is Verne's own belief, told within the novel from the viewpoint of a character, that the inside of the Earth does indeed differ from that which the characters encounter.
.
One of Verne's main ideas with his stories was also to educate the readers, and by placing the different extinct creatures the characters meet in their correct geological era, he is able to show how the world looked like millions of years ago, stretching from the ice age to the dinosaurs.




Summary of Jules Verne's Book :
http://www.thesummaries.com/books/journey_to_the_center_of_the_earth.htm


Wikipedia Article :
http://en.wikipedia.org/wiki/Journey_to_the_Center_of_the_Earth



20081022

[Film] Eagle Eye


If you want to live, you will obey. Demikian tagline film ini. Kira-kira memang demikian, "gugahan" yang menjadi benang merah jalinan ketegangan dalam film ini ....

The threat is the motivator
Film ini mengangkat dengan menarik, bagaimana manusia akan melakukan apa pun, untuk sesuatu yang dianggapnya paling bernilai. Hidup adalah bernilai, hampir tidak ada orang yang ingin keselamatannya terancam, maka ancaman pada keselamatan diri, menjadi pendorong yang kuat bagi seseorang untuk bergerak melakukan apa yang harus dilakukan untuk menghindari ancaman itu...

Threat to someone's most significant other is the most power to encourage someone even beyond the limit

Ketika ancaman itu disasarkan pada milik seseorang yang baginya paling berharga... ketika seorang ibu terancam keselamatan anaknya bila menolak melakukan sesuatu yang diperintahkan... Ada sesuatu yang mendorong orang rela dan berani dan jadi mampu untuk melakukan sesuatu yang dalam kondisi normal belum tentu sanggup dan berani untuk dilakukan.. Bahkan dalam kondisi seperti itu orang rela mati untuk untuk orang lain yang dicintainya...



Leading by only voice, but back up with impossible hands
Film ini berjalan dengan jalinan cerita yang menarik untuk diikuti. Sungguh cerita yang beyond imagination... melebihi dari apa yang dapat dibayangkan... Penonton akan menyaksikan dan mengikuti pengalaman mendebarkan ketika mulai masuk pada adegan-adegan di mana tokoh Ethan dan Rachel, "dibimbing" oleh suara seseorang melalui telephone, yang dapat berbunyi dan menghubungi Ethan dan Rachel dengan cara apa pun yang tak terduga dan yang kelihatan mustahil. But it works ...
.
Mesin yang membangkang dan makan tuan
Kemudian film ini akan menunjukkan bagaimana sebuah perangkat teknologi tinggi, yang dibuat dan seharusnya di bawah kendali manusia, namun akhirnya beyond the control, malah "mesin" ini yang mendikte manusia, dan yang bangkit melawan "tuan" nya....
.
Sungguh suatu film yang membahasakan peribahasa lama "senjata makan tuan" dengan sinematografi yang mengesankan, dengan jalan cerita yang mudah diikuti dan mendebarkan untuk diikuti terus-menerus, dan yang mencengangkan penonton dengan kejadian-kejadian yang beyond imagination....
.
Tempo Interaktif.com menceritakan film ini sebagai berikut:
.
Hasil Lacak Teknologi Dalam Eagle Eye
http://www.tempointeraktif.com/ Kamis, 16 Oktober 2008 13:12 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Jerry Shaw (Shia LaBeouf) telah memilih lari dari keluarga, sementara saudara kembarnya, Ethan, selalu menjadi si nomor satu. Ethan merintis karier militer, seperti ayah mereka. Jerry sempat mencoba hal yang sama, tapi kemudian ia menjadi desertir. Hidupnya dilanjutkan sebagai backpacker keliling dunia dan terdampar menjadi staf di kios fotokopi Copy Cabana. Hidup lusuh dan minim motivasi.

Pada suatu hari, Ethan mendadak tewas dalam sebuah kecelakaan. Di pemakaman, Jerry kembali bertemu dengan keluarganya setelah tiga tahun tak ada kabar. Reuni itu berakhir dengan ketegangan antara Jerry dan sang ayah, yang menyelipkan cek US$ 1.000 di tas putranya itu.
.
Tanda petaka dimulai di sebuah anjungan tunai mandiri, saat Jerry mencairkan cek itu. Uang di rekeningnya berlebih US$ 750 ribu! Bukannya senang, Jerry panik dan berlari pulang. Masuk ke kamar sewaan yang bayarannya tertunggak, Jerry makin kaget menemukan tumpukan dus berisi senjata berbagai jenis lengkap dengan amunisi, tumpukan amonium nitrat--bahan pupuk yang bisa diolah menjadi bom, dan berbagai paspor atas namanya.

Lalu, telepon genggamnya berdering. Suara seorang perempuan menyuruh dia lari dalam hitungan detik, karena tim FBI tengah mendekat. Jerry tertangkap dan diinterogasi oleh agen Thomas Morgan (Billy Bob Thornton). Jerry berkeras menyatakan dirinya dijebak. Saat ditinggalkan sendiri di sebuah ruangan, si penelepon misterius menghubunginya dan membebaskan Jerry melalui jendela yang dihantam dengan sebuah crane.

Eagle Eye adalah techno-thriller bertema "Big Brother is watching you". Kemudahan dan integrasi teknologi dalam kehidupan membuat profil seseorang bisa dilacak. Telepon genggam, rekening bank, rekam jejak transaksi di Internet, surat elektronik, kamera pemantau, dan satelit, semua bisa dipakai membuntuti dan melacak dokumentasi seseorang.

Ide awal Eagle Eye muncul di kepala Steven Spielberg, produser eksekutif sejumlah film laris. Makan waktu bertahun-tahun untuk mengendapkan ide itu agar tak terlalu condong ke sci-fi. "Saat itu, teknologi belum terintegrasi dalam masyarakat seperti sekarang ini," kata penulis sekaligus produser Alex Kurtzman. Akhirnya, pada 2006, Spielberg membawa ide itu ke Kurtzman.

Adegan kejar-kejaran yang sambung-menyambung, dan berbagai adegan aksi berefek spesial di film ini bisa cukup menghibur penonton. Akhir film? Standar Hollywood. Untungnya, tak ada keintiman yang dipaksakan antara Jerry dan Rachel.

Situs rottentomatoes.com menilai, Eagle Eye banyak meminjam plot-plot dari film-film terdahulu yang sudah diakui keren. The Internet Movie Database (imdb.com) memberi rating 7 dari 10 untuk film ini.

Lalu, suara siapakah si penelepon misterius di film itu? Di kredit film tak ditemukan siapa pengisi suaranya, sebab aktris pemilik suara itu, menurut IMDB, memang memilih tak diberi kredit. Dia adalah Julianne Moore.
.
(Ibnu Rusydi)
Judul: Eagle Eye
Sutradara: D.J. Caruso
Pemain: Shia LaBeouf, Michele Monaghan, Rosario Dawson, Billy Bob Thornton
Genre: Action, Thriller Durasi: 118 menit


Iklan di bioskop jaman dulu said:
Saksikan di bioskop-bioskop kesayangan Anda!
:)

20081014

[Film] MAMMA MIA! (Let's Sing Together)


Mamma mia, here I go again
My my, how can I resist you?
Mamma mia, does it show again?
My my, just how much I've missed you

Yes, I've been brokenhearted
Blue since the day we parted
Why, why did I ever let you go?
Mamma mia, now I really know,

My my, I could never let you go.

Mamma Mia. Pertama lihat iklan film ini di bioskop, antara penasaran dan rasa gak yakin juga... Ini film apa yah.... Mamma Mia, lagunya ABBA, lagu Oldies, Jadul, tempo doeloe, lagu ABG (Angkatan Babe Gue) Hehehehe.... Dulu-dulu dengarin lagu ABBA sambil lalu aja, dari tape recorder Bokap, waktu masih jaman kaset pita dulu ituuu....

Tahunya sih, film ini pasti film musical... terus, yang ragunya, apa iya Merryl Streep dan Pierce Brosnan bisa nyanyi di film ? :) :)
[Setelah saya nonton film ini, jadi sadar bahwa yang namanya aktor aktris, ya serba bisa... peran menyanyi, ya mereka bisa nyanyi; peran berenang, ya mereka jadi bisa berenang; peran kungfu, yang tadinya gak bisa kungfu, ya jadi bisa kungfu... Itu hebatnya aktor aktris yah......

Film musikal (seperti juga Opera) kekuatannya adalah lagu-lagu dinyanyikan oleh aktor aktris, sehingga kaya dengan penghayatan. Jadi, lagu tidak lagi sekedar lagu.


I have a dream, a song to sing
To help me cope with anything
If you see the wonder of a fairy tale
You can take the future even if you fail

I believe in angels
Something good in everything I see
I believe in angels
When I know the time is right for me

I'll cross the stream - I have a dream

Film ini sangat menghibur penonton. Di film ini saya jadi baru tahu kalau lagu-lagu ABBA itu banyak juga ya.. Dan bagus-bagus.... Yang khas dari musik lagu-lagu ABBA (kalau tidak salah istilahnya) yaitu melodi bridging piano-nya. Yang bunyinya itu dengan cara membunyikan beberapa akor untuk "jembatan" ke bagian musik berikutnya; atau bisa juga dengan membunyikan tuts-tuts piano dengan menekan cepat dari ujung ke ujung keyboard, sehingga menghasilkan bunyi bridging itu...


Sometimes I wish that I could freeze the picture
And save it from the funny tricks of time
Slipping through my fingers...
Slipping through my fingers all the time

Schoolbag in hand she leaves home in the early morning
Waving goodbye with an absent-minded smile...

Film ini memberikan kenangan nostalgia... Secara lagu-lagu ABBA adalah lagu lama, tembang kenangan ... :) :)

Yang menarik dari film ini, memang jalan cerita yang lucu.... Film ini asal usulnya adalah pementasan musikal Broadway, yang mengadaptasi kompilasi lagu-lagu ABBA, yang diberikan alur cerita, sehingga lagu-lagu itu (yang aslinya diciptakan saling lepas ya?) itu jadi ada ceritanya..... [Untuk jalan ceritanya, silakan google yah... Hehehe... Atau, nonton film nya...] :)
.
Maka, film ini jadi menggelitik, ketika adegan tokoh Donna didapati tiba-tiba masuk kamar mengunci diri dan terisak-isak, lalu kedua teman Donna, serta merta melantunkan lirik, "Chiqiquita tell me what's wrong...." (yang merupakan lirik dari lagu berjudul Chiqiquita, gubahan ABBA). Dan sebagainya, dan sebagainya.... Untuk lengkapnya, saksikan filmnya :)

Film Mammamia ini walau komponennya adalah lagu-lagu, tapi bukan bentuk film musikal di mana kalau di film yang murni musikal, lagu-lagu dan musiknya memang diciptakan untuk film itu, betul-betul merupakan cerita yang dilagukan... Sementara film Mammamia ini lebih sebagai kompilasi lagu-lagu, yang diberikan kerangka cerita..... Jadi, ya harap maklum, kalau tidak semua lirik lagu betul-betul relevan dengan jalan ceritanya...
.
Namun demikian.... Film Mammamia ini... bagus untuk hiburan.... Semua penonton saya perhatikan, keluar bioskop dengan wajah cerah ceria.... terhibur.... So, saya kira, semua film bioskop mestinya dibuat seperti ini... yaitu menghibur penonton.... Kita datang ke bioskop untuk cari hiburan toh... Ya kan....


:)

Tonight the Super trouper lights are gonna find me
Shining like the sun (sup-p-per troup-p-per)
Smiling, having fun (sup-p-per troup-p-per)
Feeling like a number one

Tonight the Super trouper beams are gonna blind me
But I wont feel blue (sup-p-per troup-p-per)
Like I always do (sup-p-per troup-p-per)
cause somewhere in the crowd theres you

----------------------

nothing's promised; (so there's) no regrets
we know the start; (so) we know the end
Voulez Vous !

** Special Thanks to Sparkler James who have sent me some copies of Mammia The Movie (2008)'s Soundtracks **


Pictures were taken from:
internet sources.

20081009

[Film] LASKAR PELANGI (In My Opinion)


Laskar Pelangi. Akhirnya Senin malam kemarin, sempat juga nonton film Laskar Pelangi... Penasaran juga... sebagus gimana, gitu..... Pikir-pikir, sayang lah kalo dilewatkan... Daripada menyesal gak sempat atau gak kebagian nonton waktu film ini tayang di bioskop, jadi Senin malam kemarin itu saya sempatkan untuk nonton.

Film Ramai Penonton. Film ini masih ramai juga ditonton... Padahal sudah tayang dua minggu, tapi penonton masih full house, sampai bangku ke paling ujung dan paling depan. Saya kebagian tiket yang malam, jam 9an, dan masih banyak anak-anak juga, kasian juga, anak-anak dapatnya yang malam... Mestinya, orang-orang dewasa pada ngalah kali ya... kasih prioritas ke anak-anak supaya dapat yg jam sore... :)

Lumayan Bagus. Secara keseluruhan, film ini menurut saya, lumayan bagus, menarik untuk diikuti ceritanya, dan moral story nya inspiratif, walau masih agak klise, dan endingnya mudah ditebak. Tapi untuk ukuran film Indonesia hari gini... ya not bad lah ya... Suatu achievement yang perlu direcognized juga.

Catatan.

Cuman, ada beberapa hal dari film ini, yang buat saya jadi poin yang mengusik juga........ :

(1) Penghargaan pada para pemeran anak-anak Laskar Pelangi. Kenapa nama-nama pemerannya, yang di-recognized di poster film, yang disebut/dicantumkan di poster film, hanya nama-nama aktor/aktris dewasanya, (Cut Mini, Ikranegara, Mathias Muchus, Tora Sudiro, dsb). Tapi nama pemeran tokoh anak-anak Laskar Pelangi nya malah gak dituliskan di poster filmnya...

Sekarang coba perhatikan poster filmnya, padahal di situ di poster film nya, bukankah itu anak-anak pemerannya itu... dan anak-anak itu lah pemeran utama dari film ini... (paling tidak: tokoh Lintang, Ical, Mahar, yang anak-anak). Menurut saya, justru anak-anak itu lah yang lebih berhak untuk dicantumkan namanya di poster film itu .... bersama Cut Mini, Ikranegara. Malah Tora dan Mathias Muchus, namanya gak muncul di poster pun tidak apa, toh mereka bukan leading role kan di film itu.....

Bahkan, di credit title yang muncul di bagian terakhir film... nama anak-anak pemeran tokoh anak-anak Laskar Pelangi itu pun, munculnya dikebelakangkan, malah lebih didahulukan nama tokoh pemeran Lintang dewasa, Ical dewasa; yang secara di film itu, kemunculan mereka cuma di menit terakhir film!

Sungguh, film ini jadinya tidak memberikan penghargaan pada tempat terbaik untuk anak-anak pemeran Laskar Pelangi itu.... yang seharusnya mereka berhak mendapatkannya!

(2) Gagal Mengangkat Tema Keberagaman. Terkait tokoh Akiong di film ini. Satu hal yang buat saya mengganjal adalah pembuat film ini (atau si pembuat cerita? saya tidak tahu pasti, saya belum baca novelnya; hanya lihat film nya ini) menurut saya terlalu menggampangkan; main pukul rata saja. Mengapa? Coba kita perhatikan.. .di film ini, Akiong jelas-jelas ditunjukkan bahwa dia adalah anak dari keluarga Cina. Tapi di adegan anak-anak Laskar Pelangi itu sholat berjamaah di sekolah, tokoh Akiong cilik juga ditunjukkan ikut sholat berjamaah.

OK lah, kalau memang di cerita itu, Akiong adalah muslim, walau dia anak dari suku Cina/Thionghoa. Tapi sayang seribu sayang, film ini jadi kehilangan poin yang bagus, untuk memunculkan atau mengangkat poin atau tema keberagaman atau multikulturalisme atau keanekaragaman atau pluralitas.
Padahal, Pelangi itu terdiri atas tujuh warna beragam bukan? Mejikuhibiniu :)

In My Humble Opinion. Di imajinasi saya, akan lebih baik kalau di film itu, dan lebih lazim, kalau Akiong di film itu digambarkan ketika teman-temannya yang lain sholat berjamaah, tokoh Akiong ini tidak ikut sholat, karena dia bukan muslim, tapi Akiong misalnya saat itu lagi berbincang-bincang dengan Ibu Guru Muslimah (yang sholatnya jadi "mengalah" tidak ikut berjamaah, tapi menyusul, karena "berkorban" pula, untuk menemani Akiong, yang karena "berbeda" jadi Akiong sendiri ketika teman lain yang muslim sedang menjalankan ibadah sholat lima waktu. Momen ini sungguh akan bisa menjadi point plus, untuk memunculkan pula keberagaman, menghargai perbedaan di antara kita.

Bukankah, di masyarakat kita, yang masih sulit itu, salah satunya adalah: menghargai keberagaman, bahwa ada perbedaan di antara kita, perbedaan yang perlu dikenali, diakui, dan bukan untuk jadi pengganjal, bukan untuk menyamaratakan apa yang tadinya berbeda.

Just sharing my opinion. Demikian, satu-dua poin dari film ini, yang buat saya cukup mengganjal . :) :) Semoga apa yang saya sampaikan di atas, dapat cukup jelas dan dapat dipahami yah... Sorry kalo ada kata atau kalimat yang mungkin membingungkan... But, let's make it the point of discussion.

This is just a sharing of my humble opinion.






--------------------------------



Pictures were taken from:




20081007

[Film] LASKAR PELANGI (Posted by JOJO)


This Posting is courtesy posted by Binarjo Leonardy (JOJO), Batam.

Film Indonesia. “Laskar pelangi? Film Indonesia Raya ? Sori..gak deh..” jawabku dengan ketus campur sinis ketika diajak nonton oleh salah seorang kolega kantor utk nonton film ini. Tetapi karena terus-menerus dibujuk, ada rasa kasian dengan sang kolega, yang sudah capek mempromosi pantai Pulau Belitung yg indah (sang kolega dari Belitung), dan tentu saja ditraktir nonton gratis, akhirnya saya menyetujui untuk menemaninya menonton.

Alasan menolak nonton film Indonesia, tak lain tak bukan karena tidak suka dengan stereotip film Indonesia yang sekarang banjir film horror, komedi konyol dan film percintaan cengeng berurai air mata diperparah dengan kualitas akting pemeran film yang tidak melebihi kualitas akting bintang kagetan untuk pementasan drama kesenian di sekolah dulu. Mohon maaf kalau seandainya saya terkesan sombong dan meremehkan film Indonesia, tetapi ada juga beberapa film Indonesia yang patut diacung jempol (dua jempol malah!), misalnya Naga Bonar Jadi 2, Arisan, Naga Bonar, Arini Masih Ada Kereta Yang Akan Lewat, Pengemis dan Tukang Beca, dll.


A Village's Old School

Kembali lagi ke topik, Film Laskar Pelangi dibuka dengan alur flash back, mengisahkan seorang perantauan yang kembali ke kampung halamannya, karena merasa rindu dan ingin kembali mencari impian-impian masa kecilnya. Dimulai dari sebuah bangunan sekolah yang sudah tua, bocor dan rusak (sampai harus disanggah batang pohon agar tidak roboh), seorang ibu guru muda yang baru saja akan mulai mengajar di hari pertama, sampai ke murid pertama yang datang ke sekolah dengan naik sepeda, setelah menempuh perjalanan beberapa jam, dengan melewati tempat mangkal/sarang buaya, sehingga sering kali terpaksa harus kejar-kejaran dengan buaya.

Situasi yang kontras terlihat di sekolah seberang yang merupakan sekolah anak orang kaya, murid- murid berpakaian bagus dan bersih. Sekolah Muhammadiyah ini, hanya memiliki 10 orang murid yang berpakaian ala kadarnya, bahkan ada juga yang hanya telanjang kaki tidak bersepatu ke sekolah. Sebuah sekolah orang miskin yang terancam akan ditutup karena kekurangan biaya, minim sarana dan prasarana belajar mengajar, kekurangan guru dan kekurangan murid dan seabrek kekurangan lainnya, tidak menyurutkan semangat guru (Bu Mus) dan murid-murid dalam belajar , bahkan berprestasi lebih tinggi melebihi sekolah favorit yang lengkap dengan segala fasilitas.


Very Touching

Jarang sekali ada film yang dapat membuat saya merasa terharu (apalagi film Indonesia), tetapi Laskar Pelangi dapat membuat pelupuk mata saya basah, bahkan beberapa kali, yaitu ketika mereka memenangkan Cerdas Tangkas, adegan kepala sekolah meninggal dunia, sewaktu ayah dari salah seorang murid tidak kembali (hilang) sewaktu mencari ikan di laut, dan ketika murid tersebut datang pamitan dengan guru dan teman sekelas, tidak bisa melanjutkan sekolah karena harus menjaga adik-adiknya yang masih kecil, sementara kedua orang tua mereka sudah tiada.

Film ini sarat dengan pesan-pesan moral tanpa terkesan klise, akting yang bagus ,terutama ke-10 bocah-bocah kecil yang (katanya)belum pernah pengalaman akting. Kualitas akting bocah-bocah ini bisa membuat merah muka bintang-bintang muda sinetron Indonesia yang sekarang marak di TV swasta. Di samping itu, dengan sinematografi yang apik menggambarkan keindahan pulau Belitung (atau Belitong), yang sepertinya bakal menjadi primadona tujuan wisata masa depan di Indonesia.


Lesson Learned

Beberapa hal yang saya petik dari Laskar Pelangi, di antaranya :

  • jangan ragu untuk bermimpi, karena dengan mimpilah manusia bisa melangkah lebih maju. Kejarlah dan wujudkan impian kita.
  • adalah lebih mulia dengan lebih banyak memberi daripada menerima.

  • ukuran kesuksesan atau keberhasilan bukan diukur dari angka-angka, tetapi dari hati nurani.

  • masih banyak anak Indonesia yang tidak mampu bersekolah, meskipun mereka mempunyai otak yang pintar.
Poin yang saya sebut terakhir di atas itu, memberi ilham kepada saya dan beberapa teman kantor tergerak hati untuk menjadi orang tua asuh bagi anak-anak seperti itu. Semoga keinginan kami bisa terlaksana dengan baik. (Amien, Semoga ya, Jo. -AWK)

Improvement

Kekurangan film ini, hampir tidak ada, selain logat Belitung yang kurang pas dilafalkan oleh sebagian dari pemain, dan juga akting Tora Sudiro yang kayaknya makin lama makin menurun kualitasnya. Mungkin Tora kurang cocok berakting untuk peran-peran yang serius karena saya terbiasa melihat Tora sebagai seorang comedian. Di luar daripada itu, Laskar Pelangi sungguh dahsyat! Bravo sineas Indonesia. U have made me proud, and most of all, u have made Indonesia proud. Keep up the good work!

Epilog

Eniwei, ini sedikit commet saya untuk Laskar Pelangi, mohon maaf kalau ada kata yang menyinggung hati. Pengalaman dan pengetahuan saya masih jauh dari cukup untuk menjadi seorang kritikus film, tapi ini adalah komentar jujur dilihat dari kacamata seorang awam, yang kebetulan punya hobi nonton film. Nah, sekarang mau ke toko buku ah, mau cari novelnya. Oh ya, juga mau cari film Denias, Senandung Yang Hilang. Dengar-dengar, film Indonesia yang satu ini juga salah satu “Must See Item.”


Salam hangat,
Binarjo Leonardy (Jojo)

--------------------------------------------

Anton WK: Thanks ya Jojo.... It's very appreciated that you've really fulfilled my invitation / request to you, for writing your review on Laskar Pelangi the Movie.... Review kamu cukup lengkap juga ... dan informatif... Saya juga semalam akhirnya sempat juga nonton film Laskar Pelangi ini... Nanti saya juga akan tuliskan review tentang film ini ya....

Once again, thank you for your contribution posting on Candi Sewu. It's really appreciated, and as we know, setiap posting dan comment dalam blog candi sewu ini, akan menjadi candi-candinya.... (Masih ingat kan, targetnya akan ada seribu candi nih... sesuai namanya, Candi Sewu) :) :)

Next time, kalau ada sesuatu yang ingin kamu tuliskan lagi, silakan lho.. It would be very welcome, nanti akan saya postingkan di Candi Sewu.


Thank You, My Friend..



-------------------------
Picture is taken from http://www.21cineplex.com/