Subject: Rest in Peace (23 Sept 06)
Dear Friends,
26sept06. 17.30
26sept06. 17.30
with deepest condolence,
Firstly, I would like to express my appreciation and thanks to you all for your sympathy by phone/call, SMS, and visitation regarding of the passing away of my beloved Father on Saturday, September 23, 2006 and the Requiem and the Funeral on Sunday, September 24, 2006. He has passed away in our home, and has been funeraled in our church's cemetery, in TPU Kalimulya, Depok.
and to whom these may the 1st time I shared/told you about this one, I hope can share this with you, too.
Seperti yang saya pernah info, Bapak saya usia memang sudah lanjut, sudah 74 tahun. Waktu tahun 2000, Bapak pernah kena serangan jantung, dan dirawat sebulan di rumah sakit (RS Carolus dan RS Harapan Kita). Antara tahun 2000-2004 Bapak cukup sehat, jarang sakit. November 2004, Bapak dirawat lagi di RS di Depok sekitar 3-4 hari karena ada sakit di paru-paru. Maret 2006, Bapak dirawat lagi di RS di Depok karena paru-paru sakit lagi. Agustus-September 2006 kemarin ini, Bapak merasakan sakit lagi di jantung, kemudian keluarga langsung membawa ke RS Bhakti Yudha Depok, yang terdekat dari rumah. Setelah dokter memastikan bahwa Bapak sakit di jantung lagi.. keluarga lalu segera membawa Bapak untuk mendapat perawatan medis jantung di RS Harapan Kita, Slipi, yang memang RS spesialisasi jantung. Pertimbangan keluarga, selagi Bapak masih keadaan lebih segar, lebih baik langsung dibawa ke RS Harkit, kuatirnya kalau menunggu nanti, kuatirnya kalau keadaan Bapak sudah down baru dibawa ke RS Harkit, nanti kasihan Bapak, karena perjalanan jauh dari Depok ke RS Harkit di Slipi.
Firstly, I would like to express my appreciation and thanks to you all for your sympathy by phone/call, SMS, and visitation regarding of the passing away of my beloved Father on Saturday, September 23, 2006 and the Requiem and the Funeral on Sunday, September 24, 2006. He has passed away in our home, and has been funeraled in our church's cemetery, in TPU Kalimulya, Depok.
and to whom these may the 1st time I shared/told you about this one, I hope can share this with you, too.
Seperti yang saya pernah info, Bapak saya usia memang sudah lanjut, sudah 74 tahun. Waktu tahun 2000, Bapak pernah kena serangan jantung, dan dirawat sebulan di rumah sakit (RS Carolus dan RS Harapan Kita). Antara tahun 2000-2004 Bapak cukup sehat, jarang sakit. November 2004, Bapak dirawat lagi di RS di Depok sekitar 3-4 hari karena ada sakit di paru-paru. Maret 2006, Bapak dirawat lagi di RS di Depok karena paru-paru sakit lagi. Agustus-September 2006 kemarin ini, Bapak merasakan sakit lagi di jantung, kemudian keluarga langsung membawa ke RS Bhakti Yudha Depok, yang terdekat dari rumah. Setelah dokter memastikan bahwa Bapak sakit di jantung lagi.. keluarga lalu segera membawa Bapak untuk mendapat perawatan medis jantung di RS Harapan Kita, Slipi, yang memang RS spesialisasi jantung. Pertimbangan keluarga, selagi Bapak masih keadaan lebih segar, lebih baik langsung dibawa ke RS Harkit, kuatirnya kalau menunggu nanti, kuatirnya kalau keadaan Bapak sudah down baru dibawa ke RS Harkit, nanti kasihan Bapak, karena perjalanan jauh dari Depok ke RS Harkit di Slipi.
Harapan Kita
Agustus-September 2006 Bapak tiga kali dirawat di RS Harkit. Opname pertama, seminggu, lalu setelah membaik, Bapak pulang ke rumah. Opname kedua, dua hari, Bapak dikateterisasi, untuk lihat penyumbatan pembuluh jantung. Rekomendasi dokter adalah di-baloon (pembuluh jantung dipasang ring/sten, lalu ditiup untuk membesarkan pembuluh jantung sehingga tidak terjadi penyumbatan). Semula Bapak keberatan untuk diterapi di-baloon, karena Bapak tadinya kira itu dioperasi. Bapak bilang, kalau operasi dibedah, tidak mau, karena lebih ingin sampai akhir hayat, tubuh tetap utuh, tidak ada yang dibedah. Dulu tahun 2000 dokter juga pernah rekomendasi untuk operasi jantung, tapi kemudian dokter merekomendasikan utk rawat jalan, minum obat saja, karena kalau operasi jantung, risiko terlalu besar karena faktor usia.
Kemudian, Bapak pulang ke rumah, tapi lalu sakit lagi di jantung. Setelah dijelaskan oleh dokter bahwa di-baloon adalah bukan dioperasi, tapi prosedurnya hanya terapi dimasukkan ring untuk ditiup lewat pembuluh darah, dengan bius ringan, Bapak kemudian mau dan semangat utk diterapi di-baloon. Terapi di-baloon berjalan lancar, dengan dipasang 3 sten. Kemudian Bapak setelah dirawat 3 hari di RS, Bapak boleh pulang ke rumah. Istirahat di rumah, minum obat, dan kontrol dokter ke RS Harapan Kita.
Setelah di-baloon, keadaaan Bapak membaik, tidak sakit lagi di jantung. Tapi yang dirasakan sakit adalah ketika minum obat. Setelah di-baloon, Bapak mesti minum obat pengencer darah, obat ini mesti dikunyah, dan setelah minum obat ini, kata Bapak, terasa juga sakit di badan, dan Bapak jadi susah untuk makan. Tapi Bapak berusaha untuk ikut saran dokter, minum obat dan makan (diet jantung) teratur.
Agustus-September 2006 Bapak tiga kali dirawat di RS Harkit. Opname pertama, seminggu, lalu setelah membaik, Bapak pulang ke rumah. Opname kedua, dua hari, Bapak dikateterisasi, untuk lihat penyumbatan pembuluh jantung. Rekomendasi dokter adalah di-baloon (pembuluh jantung dipasang ring/sten, lalu ditiup untuk membesarkan pembuluh jantung sehingga tidak terjadi penyumbatan). Semula Bapak keberatan untuk diterapi di-baloon, karena Bapak tadinya kira itu dioperasi. Bapak bilang, kalau operasi dibedah, tidak mau, karena lebih ingin sampai akhir hayat, tubuh tetap utuh, tidak ada yang dibedah. Dulu tahun 2000 dokter juga pernah rekomendasi untuk operasi jantung, tapi kemudian dokter merekomendasikan utk rawat jalan, minum obat saja, karena kalau operasi jantung, risiko terlalu besar karena faktor usia.
Kemudian, Bapak pulang ke rumah, tapi lalu sakit lagi di jantung. Setelah dijelaskan oleh dokter bahwa di-baloon adalah bukan dioperasi, tapi prosedurnya hanya terapi dimasukkan ring untuk ditiup lewat pembuluh darah, dengan bius ringan, Bapak kemudian mau dan semangat utk diterapi di-baloon. Terapi di-baloon berjalan lancar, dengan dipasang 3 sten. Kemudian Bapak setelah dirawat 3 hari di RS, Bapak boleh pulang ke rumah. Istirahat di rumah, minum obat, dan kontrol dokter ke RS Harapan Kita.
Setelah di-baloon, keadaaan Bapak membaik, tidak sakit lagi di jantung. Tapi yang dirasakan sakit adalah ketika minum obat. Setelah di-baloon, Bapak mesti minum obat pengencer darah, obat ini mesti dikunyah, dan setelah minum obat ini, kata Bapak, terasa juga sakit di badan, dan Bapak jadi susah untuk makan. Tapi Bapak berusaha untuk ikut saran dokter, minum obat dan makan (diet jantung) teratur.
Tutup Usia
Sekitar dua minggu setelah pulang dari RS setelah di-balon itu, Bapak kemudian tutup usia, saatnya bapak dipanggil Bapa di Surga. Bapak pergi dengan tenang, dan dengan senyum di wajah beliau, yang kami lihat sebagai kenangan dari yang kami lihat dari wajah di jasad beliau. Keluarga memang sedih ditinggalkan. Namun keluarga dihiburkan karena tampaknya bapak seperti tidur saja ketika pergi ke rumah Bapa di Surga. Bapak pergi beristirahat dengan tenang, tidak dalam keadaan sakit. Waktu di RS, kasihan melihat bapak kesakitan, dengan selang-selang infus, dan tidur pun bapak waktu itu tidak bisa nyaman. Tapi waktu kemarin itu Bapak pergi dipanggil Bapa di Surga, bapak terlihat seperti beristirahat, sudah lega, dan hilang rasa sakit.
Sore itu, bapak sedang duduk-duduk di ruang TV, habis makan agar-agar, lalu seperti lelah, ingin istirahat, bapak berjalan masuk ke kamar, dengan badan lemas. Biasanya bapak kalau merasa sakit, biasanya beliau memanggil dan bilang sakit, tapi kemarin itu bapak diam saja, sambil menuju ke kamar tidurnya. Mungkin bapak memang merasakan sakit, lalu sudah tidak dapat lagi memanggil untuk menyuarakan sakitnya.. IBu dan kakak melihat bapak masuk ke kamar, bertanya, bapak kenapa... Bapak sudah berbaring dengan posisi rapi, seperti tidur biasa, dengan posisi badan yang istirahat sempurna.. Napas bapak masih terasa, namun lemah dan satu satu... Dokter di lingkungan rumah (tetangga) yang biasa sering kami minta tolong kalau ada yang sakit di rumah, lalu datang, dan memeriksa keadaan bapak. Dokter Susi bilang, bapak dibawa ke RS Bhakti Yudha saja, karena nadi bapak lemah. Lalu bapak dibawa ke RS, diantar kakak, ibu, Dede, pak RT, dan Om bambang tetangga sebelah rumah, yang juga sering membantu keluarga kami di rumah.
Sampai di rumah sakit (15 menit perjalanan dgn kendaraan dari rumah), di UGD bapak diperiksa dokter, sempat diberikan terapi kejut (yang biasa untuk pasien-pasien terminal ill); lalu kemudian dokter jaga bilang bahwa bapak sudah tidak ada. i surat kematian dari rumah sakit, dicatatkan bahwa bapak pergi pada tanggal 23 september 2006, jam 18.45 wib. Keluarga tidak tahu pasti apakah bapak pergi ketika masih di rumah, di perjalanan, atau di rumah sakit. Mungkin ketika masih di rumah. Sekitar jam 18-19wib.
------
Sekitar dua minggu setelah pulang dari RS setelah di-balon itu, Bapak kemudian tutup usia, saatnya bapak dipanggil Bapa di Surga. Bapak pergi dengan tenang, dan dengan senyum di wajah beliau, yang kami lihat sebagai kenangan dari yang kami lihat dari wajah di jasad beliau. Keluarga memang sedih ditinggalkan. Namun keluarga dihiburkan karena tampaknya bapak seperti tidur saja ketika pergi ke rumah Bapa di Surga. Bapak pergi beristirahat dengan tenang, tidak dalam keadaan sakit. Waktu di RS, kasihan melihat bapak kesakitan, dengan selang-selang infus, dan tidur pun bapak waktu itu tidak bisa nyaman. Tapi waktu kemarin itu Bapak pergi dipanggil Bapa di Surga, bapak terlihat seperti beristirahat, sudah lega, dan hilang rasa sakit.
Sore itu, bapak sedang duduk-duduk di ruang TV, habis makan agar-agar, lalu seperti lelah, ingin istirahat, bapak berjalan masuk ke kamar, dengan badan lemas. Biasanya bapak kalau merasa sakit, biasanya beliau memanggil dan bilang sakit, tapi kemarin itu bapak diam saja, sambil menuju ke kamar tidurnya. Mungkin bapak memang merasakan sakit, lalu sudah tidak dapat lagi memanggil untuk menyuarakan sakitnya.. IBu dan kakak melihat bapak masuk ke kamar, bertanya, bapak kenapa... Bapak sudah berbaring dengan posisi rapi, seperti tidur biasa, dengan posisi badan yang istirahat sempurna.. Napas bapak masih terasa, namun lemah dan satu satu... Dokter di lingkungan rumah (tetangga) yang biasa sering kami minta tolong kalau ada yang sakit di rumah, lalu datang, dan memeriksa keadaan bapak. Dokter Susi bilang, bapak dibawa ke RS Bhakti Yudha saja, karena nadi bapak lemah. Lalu bapak dibawa ke RS, diantar kakak, ibu, Dede, pak RT, dan Om bambang tetangga sebelah rumah, yang juga sering membantu keluarga kami di rumah.
Sampai di rumah sakit (15 menit perjalanan dgn kendaraan dari rumah), di UGD bapak diperiksa dokter, sempat diberikan terapi kejut (yang biasa untuk pasien-pasien terminal ill); lalu kemudian dokter jaga bilang bahwa bapak sudah tidak ada. i surat kematian dari rumah sakit, dicatatkan bahwa bapak pergi pada tanggal 23 september 2006, jam 18.45 wib. Keluarga tidak tahu pasti apakah bapak pergi ketika masih di rumah, di perjalanan, atau di rumah sakit. Mungkin ketika masih di rumah. Sekitar jam 18-19wib.
------
28sept06. 16.30
Sedih, namun terhiburkan
Keluarga memang sedih dengan kepergian bapak. Tapi keluarga (dan saya juga) terhiburkan karena melihat bahwa bapak pergi dengan tenang dan dengan senyum di wajah. Bapak pergi tidak dalam keadaan sakit seperti waktu di rumah sakit. Kasihan waktu keluarga melihat bapak sakit di rumah sakit. Kemarin ini, bapak pergi dengan tenang, dengan posisi di tempat bapak biasa istirahat di tempat tidurnya, di kamarnya. Mungkin waktu itu bapak merasakan sakit juga, dan mungkin sudah tidak kuat/mampu untuk menyuarakan sakitnya, jadi bapak tidak seperti biasanya kalau sakit biasanya bapak memanggil kami yang ada di rumah, bilang bahwa sakit. (Paginya memang bapak bilang sakit di punggung, dan minta dipijat sama adik saya, Agus. lalu bapak bilang sudah tidak sakit lagi, lalu hari itu bapak aktivitas seperti biasa, baca, jalan-jalan sedikit, nonton TV, ngobrol dan main dengan Dede (keponakan di rumah), juga Ibu dan kakak.) Kemarin itu ketika sorenya bapak habis duduk-duduk lalu lemas dan reflek ingin beristirahat, lalu bapak berjalan masuk ke kamarnya, dan mengambil posisi berbaring, beristirahat di tempat tidurnya, saat itu Ibu sedang di dapur, lalu ibu melihat dan bertanya, bapak kenapa, tapi bapak waktu itu sudah tidak sadarkan, dan sudah berbaring beristirahat.
Keluarga memang sedih dengan kepergian bapak. Tapi keluarga (dan saya juga) terhiburkan karena melihat bahwa bapak pergi dengan tenang dan dengan senyum di wajah. Bapak pergi tidak dalam keadaan sakit seperti waktu di rumah sakit. Kasihan waktu keluarga melihat bapak sakit di rumah sakit. Kemarin ini, bapak pergi dengan tenang, dengan posisi di tempat bapak biasa istirahat di tempat tidurnya, di kamarnya. Mungkin waktu itu bapak merasakan sakit juga, dan mungkin sudah tidak kuat/mampu untuk menyuarakan sakitnya, jadi bapak tidak seperti biasanya kalau sakit biasanya bapak memanggil kami yang ada di rumah, bilang bahwa sakit. (Paginya memang bapak bilang sakit di punggung, dan minta dipijat sama adik saya, Agus. lalu bapak bilang sudah tidak sakit lagi, lalu hari itu bapak aktivitas seperti biasa, baca, jalan-jalan sedikit, nonton TV, ngobrol dan main dengan Dede (keponakan di rumah), juga Ibu dan kakak.) Kemarin itu ketika sorenya bapak habis duduk-duduk lalu lemas dan reflek ingin beristirahat, lalu bapak berjalan masuk ke kamarnya, dan mengambil posisi berbaring, beristirahat di tempat tidurnya, saat itu Ibu sedang di dapur, lalu ibu melihat dan bertanya, bapak kenapa, tapi bapak waktu itu sudah tidak sadarkan, dan sudah berbaring beristirahat.
Pergi dengan senyum
Waktu malamnya, jasad bapak sudah dibaringkan di peti jenazah, bapak terlihat seperti tidur saja. Wajah bapak menampakkan senyum. Wajahnya juga terlihat halus. Bapak memang ada sifat kerasnya. Namun ketika pergi kemarin itu, bapak terlihat lembut. Ketika saya menyentuh dan mencium tangan bapak dan kedua pipi bapak, memang sudah terasa dingin, namun dingin yang lembut. Masih terasa lembut dan kokohnya pipi bapak, kelembutan dan perlindungan, yang selama ini telah mendampingi saya dari saya kecil. Keluarga jadi terhiburkan, bahwa bapak kelihatan sudah siap. Bapak keliatan sudah berdamai dengan rasa sakitnya, dengan semua kekurangan dan kebaikan hidup, yang telah dijalaninya selama 74 tahun. Berdamai dengan diri sendiri, berdamai dengan orang-orang di sekitar, berdamai dengan lingkungan, dan berdamai dengan Sang Pencipta. Semoga semua pahit dan manis hidup, bapak sungguh-sungguh telah menerima dan berdamai dengannya, tidak ada kemarahan, penyesalan, namun penerimaan.
Waktu malamnya, jasad bapak sudah dibaringkan di peti jenazah, bapak terlihat seperti tidur saja. Wajah bapak menampakkan senyum. Wajahnya juga terlihat halus. Bapak memang ada sifat kerasnya. Namun ketika pergi kemarin itu, bapak terlihat lembut. Ketika saya menyentuh dan mencium tangan bapak dan kedua pipi bapak, memang sudah terasa dingin, namun dingin yang lembut. Masih terasa lembut dan kokohnya pipi bapak, kelembutan dan perlindungan, yang selama ini telah mendampingi saya dari saya kecil. Keluarga jadi terhiburkan, bahwa bapak kelihatan sudah siap. Bapak keliatan sudah berdamai dengan rasa sakitnya, dengan semua kekurangan dan kebaikan hidup, yang telah dijalaninya selama 74 tahun. Berdamai dengan diri sendiri, berdamai dengan orang-orang di sekitar, berdamai dengan lingkungan, dan berdamai dengan Sang Pencipta. Semoga semua pahit dan manis hidup, bapak sungguh-sungguh telah menerima dan berdamai dengannya, tidak ada kemarahan, penyesalan, namun penerimaan.
Kemudahan dan kelapangan
Keluarga memang bersedih dengan kepergian bapak, tapi keluarga juga terhiburkan, karena ketika pergi, bapak mendapatkan banyak kemudahan, semua proses kepergian, Requiem, dan pemakaman bapak mendapatkan kemudahan, dan dilapangkan jalannya. Tetangga dari lingkungan RT dan lingkungan Gereja/Paroki sigap membantu semua keperluan. Mulai dari mengantarkan ke rumah sakit, mengurus di UGD dan kamar jenazah, mengantar jasad bapak pulang ke rumah, memandikan, dan menyiapkan bapak untuk dibaringkan di peti jenazah.
Pas hari itu adalah hari sabtu, ketika libur, jadi banyak tetangga dan sanak relasi yang sedang di rumah, dapat membantu dan menemani. Pas hari itu ada tetangga dan orang lingkungan gereja yang biasa melakukan perawatan jenazah, waktu itu sedang ada di rumah anaknya, tetangga dekat, jadi beliau yang mengatur perawatan jasad bapak. Pas malam itu rencananya ada acara doa bersama lingkungan warga gereja di blok sebelah, jadi kemudian, bapak ibu dari gereja, langsung bisa berkumpul di rumah, membantu dan menemani persiapan requiem dan pemakaman bapak, berjaga dan berdoa bersama keluarga di rumah.
Keluarga memang bersedih dengan kepergian bapak, tapi keluarga juga terhiburkan, karena ketika pergi, bapak mendapatkan banyak kemudahan, semua proses kepergian, Requiem, dan pemakaman bapak mendapatkan kemudahan, dan dilapangkan jalannya. Tetangga dari lingkungan RT dan lingkungan Gereja/Paroki sigap membantu semua keperluan. Mulai dari mengantarkan ke rumah sakit, mengurus di UGD dan kamar jenazah, mengantar jasad bapak pulang ke rumah, memandikan, dan menyiapkan bapak untuk dibaringkan di peti jenazah.
Pas hari itu adalah hari sabtu, ketika libur, jadi banyak tetangga dan sanak relasi yang sedang di rumah, dapat membantu dan menemani. Pas hari itu ada tetangga dan orang lingkungan gereja yang biasa melakukan perawatan jenazah, waktu itu sedang ada di rumah anaknya, tetangga dekat, jadi beliau yang mengatur perawatan jasad bapak. Pas malam itu rencananya ada acara doa bersama lingkungan warga gereja di blok sebelah, jadi kemudian, bapak ibu dari gereja, langsung bisa berkumpul di rumah, membantu dan menemani persiapan requiem dan pemakaman bapak, berjaga dan berdoa bersama keluarga di rumah.
Nice tie
Bapak ketika dibaringkan di peti jenazah, mengenakan stelan jas yang tempo hari bapak kenakan saat acara pernikahan kakak ke-2 saya, bapak memakai dasi garis-garis coklat tembaga/keemasan, sesuai dengan kemeja putih dan kulit bapak yang coklat, dan warna tembaga/keemasan sesuai dengan karakter usia bapak yang sudah sepuh. Saya senang bahwa dasi yang bapak kenakan itu, waktu itu saya yang carikan, dan bapak menyukai warna/motifnya. Bapak mengenakan sarung tangan yang malam itu saya berhasil cari/dapatkan di toko di Depok, ketika toko-toko sudah mulai tutup. Bapak mengenakan sepatu barunya yang waktu itu juga dikenakan pada hari pernikahan kakak ke-2 saya, yang disiapkan oleh kakak ke-2 saya. bapak juga dibawakan perlengkapan2 sehari-hari yang biasa beliau suka pakai, pernik2 yang membuat kami terharu juga, dari cukuran jenggot bapak yang legendaris karena dari sejak jaman kami masih kecil-kecil dulu, lalu kalung rosarionya, kitab suci alkitabnya yang juga legendaris sejak jaman kami masih kecil-kecil dulu, dan lain-lainnya.
Bapak ketika dibaringkan di peti jenazah, mengenakan stelan jas yang tempo hari bapak kenakan saat acara pernikahan kakak ke-2 saya, bapak memakai dasi garis-garis coklat tembaga/keemasan, sesuai dengan kemeja putih dan kulit bapak yang coklat, dan warna tembaga/keemasan sesuai dengan karakter usia bapak yang sudah sepuh. Saya senang bahwa dasi yang bapak kenakan itu, waktu itu saya yang carikan, dan bapak menyukai warna/motifnya. Bapak mengenakan sarung tangan yang malam itu saya berhasil cari/dapatkan di toko di Depok, ketika toko-toko sudah mulai tutup. Bapak mengenakan sepatu barunya yang waktu itu juga dikenakan pada hari pernikahan kakak ke-2 saya, yang disiapkan oleh kakak ke-2 saya. bapak juga dibawakan perlengkapan2 sehari-hari yang biasa beliau suka pakai, pernik2 yang membuat kami terharu juga, dari cukuran jenggot bapak yang legendaris karena dari sejak jaman kami masih kecil-kecil dulu, lalu kalung rosarionya, kitab suci alkitabnya yang juga legendaris sejak jaman kami masih kecil-kecil dulu, dan lain-lainnya.
Siap diantar ke Bapa di Surga
Keluarga-keluarga dari bapak, yang menurut persyaratan tata cara adat Flores harus hadir melepas kepergian bapak ketika tiba dipanggil Tuhan, pas saat kemarin itu mereka juga sedang berada di Jakarta, jadi mereka dapat hadir, jadi bapak tidak perlu menunggu lama. Semua perwakilan keluarga yang disyaratkan harus ikut mengantar kepergian bapak secara adat, semua bisa terwakilkan hadir. jadi acara pelepasan jenazah juga dapat dilaksanakan dengan lancar.
Pas hari itu juga hari Minggu (hari pemakaman), dan alm. bapak diperkenankan juga untuk disemayamkan di Gereja sebelum diberangkatkan ke pemakaman. Di Gereja Katolik, tidak di semua Gereja jenazah dapat disemayamkan di Gereja pada hari Minggu, juga tidak di semua Gereja pada hari MInggu boleh diadakan Misa Arwah (di sejumlah gereja, kalau hari minggu, yang dibolehkan adalah hanya doa/ ibadat pelepasan arwah/jenazah saja, bukan Misa Kudus, dengan alasan bahwa hari Minggu adalah hari Tuhan, dan hari Kebangkitan, jadi Misa Requiem tidak dapat diadakan. Namun, untuk bapak, beliau dapat dilapangkan jalannya, dapat ke Gereja dulu, mendapat Misa Kudus terakhir sebelum dimakamkan.
Rencananya, semula misa Requiem di gereja dijadwalkan minggu pagi jam 10, namun kemudian keluarga dan sanak saudara minta ke pengurus Gereja, apakah bisa dimulai jam 11, supaya sanak saudara lainnya yang belum datang, masih bisa sempat menghadiri dan tidak terburu-buru. Syukurlah, dari pengurus gereja dan Pastor, dimungkinkan untuk mulai jam 11. Sekitar jam 10, acara doa di rumah sudah selesai, acara pelepasan jenazah secara adat sederhana juga sudah selesai dan komplet, sehingga jam 10 bapak diberangkatkan untuk disemayamkan di Gereja dan untuk Misa Requiem.
Keluarga-keluarga dari bapak, yang menurut persyaratan tata cara adat Flores harus hadir melepas kepergian bapak ketika tiba dipanggil Tuhan, pas saat kemarin itu mereka juga sedang berada di Jakarta, jadi mereka dapat hadir, jadi bapak tidak perlu menunggu lama. Semua perwakilan keluarga yang disyaratkan harus ikut mengantar kepergian bapak secara adat, semua bisa terwakilkan hadir. jadi acara pelepasan jenazah juga dapat dilaksanakan dengan lancar.
Pas hari itu juga hari Minggu (hari pemakaman), dan alm. bapak diperkenankan juga untuk disemayamkan di Gereja sebelum diberangkatkan ke pemakaman. Di Gereja Katolik, tidak di semua Gereja jenazah dapat disemayamkan di Gereja pada hari Minggu, juga tidak di semua Gereja pada hari MInggu boleh diadakan Misa Arwah (di sejumlah gereja, kalau hari minggu, yang dibolehkan adalah hanya doa/ ibadat pelepasan arwah/jenazah saja, bukan Misa Kudus, dengan alasan bahwa hari Minggu adalah hari Tuhan, dan hari Kebangkitan, jadi Misa Requiem tidak dapat diadakan. Namun, untuk bapak, beliau dapat dilapangkan jalannya, dapat ke Gereja dulu, mendapat Misa Kudus terakhir sebelum dimakamkan.
Rencananya, semula misa Requiem di gereja dijadwalkan minggu pagi jam 10, namun kemudian keluarga dan sanak saudara minta ke pengurus Gereja, apakah bisa dimulai jam 11, supaya sanak saudara lainnya yang belum datang, masih bisa sempat menghadiri dan tidak terburu-buru. Syukurlah, dari pengurus gereja dan Pastor, dimungkinkan untuk mulai jam 11. Sekitar jam 10, acara doa di rumah sudah selesai, acara pelepasan jenazah secara adat sederhana juga sudah selesai dan komplet, sehingga jam 10 bapak diberangkatkan untuk disemayamkan di Gereja dan untuk Misa Requiem.
Kebiasaan di Gereja hingga saat terakhirnya
Sampai di Gereja, sekitar jam 10.30. Padahal Misa baru akan dimulai jam 11.00 Tadinya kami keluarga merasa kok kami datang awal betul, padahal masih setengah jam lagi. Tadinya memang kami juga antisipasi kuatir jalan macet, dan sebagainya. Tapi lalu kami ingat, bahwa ini sesuai dengan kebiasaan alm. bapak sewaktu masih hidup. Beliau biasanya memang selalu hadir lebih awal di Gereja. Misalnya acara Misa dijadwal mulai jam 7, biasanya bapak dan ibu sudah ada di dalam gereja setengah jam sebelumnya, ketika di dalam gereja masih sepi. Jadi pada saat terakhirnya pun, bapak masih dapat menjalankan kebiasaannya ini.
Sampai di Gereja, sekitar jam 10.30. Padahal Misa baru akan dimulai jam 11.00 Tadinya kami keluarga merasa kok kami datang awal betul, padahal masih setengah jam lagi. Tadinya memang kami juga antisipasi kuatir jalan macet, dan sebagainya. Tapi lalu kami ingat, bahwa ini sesuai dengan kebiasaan alm. bapak sewaktu masih hidup. Beliau biasanya memang selalu hadir lebih awal di Gereja. Misalnya acara Misa dijadwal mulai jam 7, biasanya bapak dan ibu sudah ada di dalam gereja setengah jam sebelumnya, ketika di dalam gereja masih sepi. Jadi pada saat terakhirnya pun, bapak masih dapat menjalankan kebiasaannya ini.
Requiescat in Pacem (Rest in Pace)
Acara Requiem dan Pemakaman kemudian berjalan lancar. Petugas-petugas juga lancar membantu jalannya acara. Pengurusan di Gereja dan pengurusan pemakaman juga semuanya lancar, dibantu pengurus dari lingkungan Gereja, dan juga RT. Tampaknya memang karena semasa hidup, dan juga di Depok, bapak juga banyak membantu kegiatan di lingkungan Gereja dan RT, jadi pada saat kepergiannya, bapak juga mendapatkan banyak kemudahan, banyak dibantu, dan banyak dilapangkan jalannya oleh sanak saudara dan relasi dari lingkungan Gereja dan RT.
Thanks to share with you, in good and sadtimes, in cheers and in tears.
"Pertolongan kita dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi" (Psalm)
Acara Requiem dan Pemakaman kemudian berjalan lancar. Petugas-petugas juga lancar membantu jalannya acara. Pengurusan di Gereja dan pengurusan pemakaman juga semuanya lancar, dibantu pengurus dari lingkungan Gereja, dan juga RT. Tampaknya memang karena semasa hidup, dan juga di Depok, bapak juga banyak membantu kegiatan di lingkungan Gereja dan RT, jadi pada saat kepergiannya, bapak juga mendapatkan banyak kemudahan, banyak dibantu, dan banyak dilapangkan jalannya oleh sanak saudara dan relasi dari lingkungan Gereja dan RT.
Thanks to share with you, in good and sadtimes, in cheers and in tears.
"Pertolongan kita dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi" (Psalm)
------------------------
Antonius Wiwan Koban
Antonius Wiwan Koban
No comments:
Post a Comment
How About You? Wanna Share Your Mind/Experience? Just feel free to write down here :