Obssessed. Masih ingat 2121? Eh bukan.. Sori. Maksud saya, masih ingat tulisan di posting ini, yang saya cerita tentang kunjungan ke Taman Prasasti. Yang di situ terungkap bahwa kunjungan saya ke situ, yang jadi menggebu-gebu, atas nama budi baik mengantar teman ke situ, sebetulnya jauh di baliknya, ada motivasi pribadi, memenuhi obsesi yang berkaitan dengan my favorite things, yaitu karena info tentang taman prasasti yang adalah taman makam dengan patung-patung monumental ala Baroq yang mengingatkan pada visualisasi di film Phantom of The Opera, yang nota bene adalah my most favorite movie ever after :)
Sheraton
Kejadian seperti itu baru-baru ini berulang lagi. Kali ini obyek nya bukan Taman, tapi Hotel. Sheraton Media Hotel. Letaknya di Jl. Gunung Sahari Jakarta. Karena ada teman cukup dekat yang ber-afiliasi dengan Sheraton, tapi di kota lain, jadinya entah kenapa, saya cukup penasaran dengan Sheraton-Starwood, yang nota bene adalah jaringan hotel bintang lima.
So, sepertinya saya memang termasuk orang yang kalau punya keingintahuan, atau keinginan, atau rasa penasaran yang menjadi obsesi yang jadi kepikiran terus kalau belum terpenuhi keingintahuan atau penasaran itu.... Demikian pula dengan Sheraton.
So...singkat kata....beberapa waktu belum lama ini, secara kebetulan, kami di kantor ada acara yang bertempat di Sheraton Media Hotel, Gunung Sahari Jakarta. So, technically speaking, artinya kan sesuatu yang pernah jadi rasa penasaran buat saya, kemarin ini terpenuhi. So, what did I see and find in Sheraton ?
Ternyata..... ya biasa saja... :) Sheraton managed by Starwood, memang bintang lima. Tapi di Sheraton Media, ada beberapa hal yang tidak sebintang lima predikatnya :) Tentang ini, untuk detilnya, saya setuju dengan apa yang ditulis oleh seseorang (entah siapa, saya tidak kenal) dalam review tentang hotel, terutama di paragraf : "The hotel is a shame to the Starwood name and completely shatters any impression on so called 5 star hotels. The staff were polite and eager to please. They deserve a better place to work." (Lengkapnya silakan klik di: http://www.tripadvisor.com/ShowUserReviews-g294229-d301782-r5332849-Sheraton_Media_Hotel_And_Towers-Jakarta_Java.html
-
It's Not Bad, It's Just Not Fit/Match
Tapi pendapat saya sih tidak sekejam orang itu yang sampai menuliskan banyak kritik di reviewnya. Dalam banyak hal, di Sheraton Media dapat kita temukan hal-hal baik pula. Kalau menurut penglihatan dan pengalaman saya tempo hari, fasilitas public service nya baik, untuk ukuran bintang lima. Namun, mungkin untuk pengalaman kami, hal-hal baik yang kami dapati di situ tidak pas dengan kebutuhan kami. Ibaratnya, mungkin seperti gadis yang berharap jumpa Tom Cruise, tapi malah berjumpa Andy Lau :)
Unconscious Obssession
Seperti pengalaman waktu ke Taman Prasasti, setelah moment itu, saya baru tersadar mengapa ada hal lain yang membuat saya terdorong ingin juga Being There. Ternyata deep down in my unconscious mind, ada personal things yang membuat saya eager to go to Sheraton Media Gunung Sahari.
Saya baru tersadar kemudian, ketika memasuki area wilayah hotel itu. Daerah Gunung Sahari itu adalah akses ke daerah Industri, daerah Rajawali, daerah Pademangan. That are my hometown. Dulu masa kecil saya sampai dengan SMP, saya dibesarkan di daerah itu. Pertigaan tempat di mana Hotel Sheraton Media berada, adalah daerah Jembatan Merah. (Setahu saya dari dulu di situ tidak ada jembatannya... :) Yang saya tahu juga sekarang, Jembatan Merah itu adanya di Surabaya ya? :) :) yang lebih historis :)
Jembatan Merah ini, mengandung memorabilia historis. Duluuu....sewaktu saya masih kecil, dan tinggal di daerah Pademangan itu, kalau kami harus bepergian ke tempat yang lebih jauh di Jakarta (misalnya ke daerah Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Barat) itu kami akses keluar dari Pademangan adalah melewati daerah Jembatan Merah itu. Selewat dari daerah itu, masuk ke Jalan Raya Gunung Sahari, itu artinya kami sudah melewati "batas psikologis" ke Jalan Raya, ke Kota Besar. Duluuu, bis umum belum ada yang masuk sampai ke Pademangan. Batasnya adalah Jalan Gunung Sahari itu, atau paling mentok, ke daerah Rajawali, daerah tapal batas ke Pademangan :)
My Memory of Childhood
-
Kenangan-kenangan masa kecil, ketika saya sering ikut ayah saya pergi ke tempat-tempat yang ayah mengajak saya. Di keluarga saya, ayah saya bisa dibilang paling sering mengajak saya untuk menemani beliau pergi-pergi. Dulu itu ayah memboncengi saya di sepeda motornya. Saya teringat bahwa dulu itu, rasanya, tempat di dunia ini yang paling teraman dan ternyaman adalah di belakang punggung ayah (masih teringat ketika duduk di boncengan sepeda motor, di belakang punggung ayah ... ) :)
Our Memory...
Perhaps love is like the ocean
Full of conflict, full of pain
Like a fire when it's cold outside
Thunder when it rains
If I should live forever
And all my dreams come true
My memories of love will be of you .....
("Perhaps Love" Lyric, performed by John Denver)
(In gracious memories of my beloved Father who is now in Heaven)
*speechless*
ReplyDeleteDuh, masih salahjuga mengenai Sheraton dan Starwood yak.
ReplyDeleteNext time, tulis aja Sheraton dan ga perlu Sheraton managed by Starwood.
Gitu aja udah cukup kog. :)
Sorry Dan... Saya masih belum tepat juga ya... tentang Sheraton & Starwood ... :)
ReplyDeleteSheraton...Starwood...Sheraton...Starwood...Sheraton.... Duh, membingungkan ................