![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDub8EEJ3RlZ5nGgSVjWb2SSZyq-wIeGs6hd12jyNoC_Co7jMiIdGnBYpga5EDyMzbXncvRZsmM0PKYXwJBN6O4HuBCv8iMV_P7MBr0kvtN1hCW7GXVgxaEHJY_4aEfVvwnblM/s400/DSC_8141-A.jpg)
Rasanya saya berdarah-darah lagi,
padahal saya sudah menarik diri menjauh,
tapi dia mendekat lagi,
saya tak tahu apa saya harus berlari ke hutan, berbelok ke pantai?
Eh, itu sih puisinya Rangga :D
Seperti terpanah di dada,
anak panah itu masih menghunjam di dada,
serba salah: dibiarkan....salah, karena menambah luka
dicabut, salah juga, karena (seperti digambarkan di film)
bisa langsung mati, toh.... ?
So, bagaimana para pemirsa,
how should I do...
Should do, or should not do ?
That's my eternal dilema
so far ...
So Close, but Still So Far ....
............................................................
...............................................................
....................................................................
...................................................................
Coba panahnya dicabut saja. Jangan kuatir, ilmu kedokteran skr udh maju. Kamu nggak akan mati, cuma perlu recovery. +surya+
ReplyDeleteBeritau ke Si Pemanah agar jangan mengarahkan busurnya ke kamu. Beritau dia agar mencari sasaran aja. Beritau bahwa kamu tidak ingin dijadikan sasaran :)
ReplyDelete"Setiap duri dalam daging harus dicabut, karena akan menyakiti dan melukai semakin dalam."
ReplyDeleteTapi percayalah, setiap luka dari setiap anak panah yang mengenai kamu, itu adalah sebuah pelajaran.
Hati itu lembut, mudah terluka, dan begitu juga orang lain yang bisa saja terkena panah darimu.
Kata-kata `anonymous` ini bagus banget yak. Brilliant!
ReplyDeletehi pren
ReplyDeleteNapa gak tanya ke sang pemanah langsung?Mungkin dia punya obat yang cespleng untuk luka kamu itu.
Kalo dia gak punya....ya kasi betadine ajalah....kapan-kapan juga sembuh. You will survive man