20080527

"Privatisasi" Taman Prasasti (Bagian 1)

Pernah datang ke Taman Prasasti di daerah Tanah Abang I, Jakarta? Letaknya cukup mudah dijangkau, tidak sampai 1 km sebelah barat Museum Gajah/Monas.

Kalau belum pernah datang ke situ, mungkin sudah pernah dengar namanya, atau malah pernah lihat foto-fotonya. Taman ini sering dijadikan lokasi pemotretan. Mungkin Anda pernah melihatnya, dalam majalah mode, majalah pernik wedding, katalog wedding organizer, atau foto pre-wedding (semoga pre-wedding nya berlanjut ke wedding, dan masih langgeng. Amin :)

Tidak tahu kenapa dinamakan Taman Prasasti. Koleksi utamanya sepertinya bukan batu-batu prasasti, melainkan monumen-monumen makam. Ini memang sebuah taman makam, warisan dari jaman kolonial dulu.

Taman ini berisi banyak makam-makam dengan monumen-monumen khas cemetery. Ada patung-patung malaikat, patung-patung santo-santa, monumen-monumen salib batu, dsb. Mengingatkan pada ornamen-ornamen khas jaman abad pertengahan/baroq/renaissance kali ya?

Saya sendiri belum pernah masuk ke dalam Taman Prasasti ini. Sering dengar namanya, sudah pernah lihat foto-fotonya di hasil jepretan seorang kawan kuliah dulu yang hobi fotografi. Beberapa bulan belakangan ini, saya jadi sering melewati jalan depannya, karena itu salah satu alternatif jalan menuju lokasi kantor saya di daerah Tanah Abang juga.
Beberapa hari lalu, kebetulan ada satu kesempatan yang membuat saya datang ke Taman Makam itu. Seorang teman yang menekuni fotografi juga kebetulan sedang berkunjung ke Jakarta. Dia minta ditemani hunting foto di Jakarta. Yang terpikir, tentu lokasi Kota Lama Jakarta (lokasi wajib kali yak?) Yang juga terpikir, Taman Prasasti itu.

Namun sayang tidak sampai bisa masuk ke dalam Taman Prasasti. Dua kali dalam hari yang berbeda, kami mencoba untuk datang masuk ke sana. Dua-duanya tidak bisa masuk.

Kami tidak bisa masuk ke taman itu, karena pada waktu itu taman sedang tutup. Hari pertama, penjaga di dalam bilang, taman hari ini tutup, karena itu hari Senin yang kejepit (habis Minggu libur, dan Selasanya libur tanggal merah). Kami tanya, besok buka Pak? Coba datang aja, kayaknya besok buka. (Duh, apa gak ada jadwal pasti untuk buka tutupnya?)

Kami penasaran ingin masuk. Karena dari kisi-kisi pagar besi tinggi, kami bisa melihat taman makam itu, dan penasaran, apakah kalau kami masuk, bisa menemukan obyek-obyek monumen atau ornamen yang bagus-bagus.

Saya sendiri juga penasaran ingin masuk. (1) supaya teman yang dari luar kota itu bisa mendapatkan oleh-olehj jepretan dari Taman Prasasti, selain obyek-obyek lainnya di Jkt; (2) mumpung ada temannya untuk mengunjungi taman itu; kalau sendirian, agak malas juga ya? (3) ini baru saya sadari kemudian, bahwa "dorongan kuat" saya untuk melihat Taman Prasasti itu adalah karena teringat scene di film Phantom of The Opera, di bagian lagu "Whishing You Were Somehow Here Again" di mana tokoh Christine mengunjungi makam ayahnya, yang lokasinya di dalam taman makam ala kompleks pemakaman besar yang dengan ornamen-ornamen patung-patung artistik. Mirip seperti Taman Prasasti. Namun yang di film Phantom, monumen patung-patungnya jauh lebih besar.

Sayang, seribu sayang, dan ditambah menjengkelkan, hingga kami datang lagi kemudian di hari esoknya, kami juga tidak bisa masuk ke taman itu.

Alasan penjaga pada hari kedua itu, taman hari itu tutup. Pintu gerbang utama memang ditutup, digembok. Kami menyusuri pagar samping, mungkin ada yang dibuka. Dari besi teralis, kami melihat taman memang sepi, tapi ada orang-orang di dalam. Ada sekelompok orang yang sedang melakukan sesi pemotretan.

Saya dan teman saya yang hari itu sudah mirip betul dengan turis Jepang (kaos santai, celana pendek, sepatu kets, topi, dan mata sipit (hehe) jadi seperti turis Jepang betulan)-- kami berpikir, kalau orang-orang di dalam itu bisa masuk ke taman itu dan foto-foto di situ, mengapa kami tidak bisa/boleh?

--Bersambung ke Bagian 2---

No comments:

Post a Comment

How About You? Wanna Share Your Mind/Experience? Just feel free to write down here :